Tak Hanya Misitis, Sejarah Lawang Sewu di Semarang Menjadi Saksi Bisu Perjuangan Melawan Tentara Penjajah

Tak Hanya Misitis, Sejarah Lawang Sewu di Semarang Menjadi Saksi Bisu Perjuangan Melawan Tentara Penjajah

LOKAL - Sejarah lawang sewu di semarang menyisahakan peristiwa pertempuran melawan penjajah--

SEMARANG, radartegal.id - Menjadi salah satu bangunan bersejarah di Semarang, sejarah Lawang Sewu di Semarang sebagian masih menjadi misteri. Sebagian masyarakat masih percaya bangunan ini menjadi sarang demit dan angker untuk dikunjungi. 

Mungkin karena lokasi tersebut ditengah kota dan strategis. Sehingga sejarah lawang sewu di Semarang menjadi terkenal hingga sekarang 

Memiliki bentuk bangunan kuno dan terdapat seribu pintu. Sejarah lawang sewu di Semarang sering di jadikan tempat pariwisata sejarah bagi wisatawan yang ingin melihat betapa megahnya bangunan ini. 

Sejarah lawang sewu di Semarang menjadi bukti kemegahan bangunan bersejarah yang berada di Indonesia. Simak sampai selesai.

BACA JUGA: 5 Bangunan Bersejarah di Jawa Tengah, Salah Satunya Menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO

BACA JUGA: Sejarah Martabak di Indonesia, Ternyata Tegal dan Bangka yang Dikenal Menjadi Pencetusnya

Sejarah lawang sewu di Semarang 

Menurut istilah orang Jawa, “lawang” berarti pintu, dan “sewu” bermakna seribu atau menjadi kata yang mewakili angka paling banyak di zaman dahulu. Sehingga “Lawang Sewu” artinya seribu pintu. Namun, kalau dilihat dari jumlah aslinya, Lawang Sewu ini memiliki 928 pintu saja.

Terletak di jantung kota Semarang, tepatnya di Jl. Pemuda, semula Lawang Sewu merupakan kantor administrasi kereta api Belanda bernama Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).

Sejarah dari gedung Lawang Sewu dibangun secara bertahap di atas lahan seluas 18.232 m² dan dirancang oleh arsitek yang berbeda.

Menurut keterangan salah seorang tour guide, Mas Aris, Lawang Sewu terdiri dari lima bangunan. Proses perancangan awal Lawang Sewu dimulai oleh seorang arsitek asal Belanda Ir. P. de Rieu. Bangunan yang pertama kali dibuat adalah gedung C yang difungsikan sebagai kantor percetakan karcis kereta api pada tahun 1900.

Setelah Ir. P. de Rieu meninggal dunia, kemudian Prof. J. Klinkhamer dan B. J. Oundag ditunjuk untuk melanjutkan pembangunan Lawang Sewu. Pengerjaan gedung A sebagai kantor utama NIS pun dimulai pada Februari 1904 dan selesai Juli 1907.

BACA JUGA: Ada yang Sudah Berumur 200 Tahun, Ini 4 Masjid Bersejarah di Tegal yang Masih Digunakan sampai Sekarang

Sumber: