Kasus Editor Metro TV Bikin Heran, Neta S. Pane: 37 Tahun Belajar Kriminologi, Baru Kali Ini Bunuh Diri Empat

Kasus Editor Metro TV Bikin Heran, Neta S. Pane: 37 Tahun Belajar Kriminologi, Baru Kali Ini Bunuh Diri Empat

Penyebab kematian editor Metro TV, Yodi Prabowo yang disebutkan Polda Metro Jaya akibat bunuh diri, adalah kesimpulan yang terburu-buru. Penilaian itu diungkapkan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane saat dihubungi PojokSatu.id, Selasa (28/7).

Pernyataan Neta itu didasari pada fakta adanya empat tusukan senjata tajam di tubuh Yodi. Menurutnya, tak sekalipun dia pernah mendengar ada kasus bunuh diri, dengan menusukkan senjata tajam pada tubuh sendiri lebih dari satu kali.

“Saya tidak pernah mendengar atau menemukan kasus tentang adanya orang yang bunuh diri dengan empat tusukan di tubuhnya,” bebernya.

Dibeberkan Neta, orang melakukan aksi bunuh diri selalu mengambil langkah cepat untuk menghabisi nyawanya. Seperti memilih dengan cara melompat dari gedung tinggi atau mengikat lehernya untuk gantung diri.

Bahkan, sejak puluhan tahun dirinya belajar dan menggeluti dunia krimonologi, tak sekalipun mendapati kasus bunuh diri seperti kesimpulan polisi dalam kasus Yodi Prabowo.

“Selama belajar kriminologi dan mencermati dinamika kejahatan maupun dinamika kinerja kepolisian, sejak tahun 1983 atau selama 37 tahun, belum pernah saya temukan kasus bunuh diri seperti ini,” bebernya.

Di sisi lain, publik diyakininya memiliki penilaian yang serupa. “Wajar saja jika publik tidak percaya dan menganggap polisi terlalu cepat menyimpulkan,” kata dia.

Karena itu, kata Neta, wajar jika masyarakat meragukan kerja kepolisian dalam menangani kasus Yogi. Apalagi, kata dia, kualitas tusukan pada luka Yogi, sangat berbeda dengan tusukan lainnya.

“Jika kualitas tusukannya sama tentu teori bahwa editor Metro TV itu tewas akibat bunuh diri diragukan,” tuturnya.

Untuk itu, ia menyarankan polisi agar bisa mendalami berbagai bukti yang sudah dikumpulkan. Tak ada salahnya pula, sambungnya, polisi juga mencari barang bukti pendukung lainnya untuk mencari petunjuk.

“Jadi Polri perlu mendalami lagi hasil visum, mendalami TKP, barang bukti dan saksi-saksi,” saran Neta. “Jika ada CCTV, misalnya CCTV milik tol jika ada,” tandasnya.

Sebelumnya, Polda Metro Jaya menyimpulkan editor Metro TV Yodi Prabowo meninggal karena bunuh diri. “Berdasarkan psikologi forensik, setiap orang yang bunuh diri ada luka percobaan bunuh diri,” ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Tubagus Ade Hidayat, Sabtu (25/7) lalu. (fir/pojoksatu/zul)

Sumber: