Jangan Dilanggar, Ini Kisah Mistis Pendakian Gunung Gede Parangrango Bogor di Malam Satu Suro

Senin 03-06-2024,16:12 WIB
Reporter : Ranti
Editor : Teguh Mujiarto

radartegal.id – Setiap gunung pasti memiliki kisah, sejarah, cerita mistis sendiri-sendiri, salah satunya yakni Gunung  Gede.  Berikut ini kisah mistis pendakian Gunung Gede Pangrango di  Bogor.

Cerita mistis pendakian Gunung  Gede Pangrango berikut ini berdasarkan cerita fakta dari   salah satu pendaki yang menjadi bintang tamu di Youtube Channel   RJL 5-Fajar. Langsung   saja, berikut ini penjelasannya.

Kisah Mistis  Pendakian Gunung Gede  Pangrango

Di Episode Om Mamat (Obrolan Malam Jumat) di Channel Youtube RJL 5-Fajar ini kedatangan seorang narasumber bernama Randi yang diketahui memiliki kisah luar biasa ketika melakukan pendakian di Gunung Gede pada malam satu   suro.

“Selamat malam Mas Randi, bagaimana rasanya  ketika mengalami pengalaman tersebut,” tanya Fajar.

“Itu merupakan pengalaman yang menakjubkan terus  juga mengajarkan kita banyak  hal. Cerita-cerita yang akan saya  ceritakan kali ini pastinya  bisa kita ambil pelajarannya nanti,” ucap Randi.

BACA JUGA:  Mitos Gunung Tampomas Banjarnegara, Kutukan 2 Cinta Sejoli yang Tidak Direstui

BACA JUGA: Sejarah Gunung Gede Pangrango di Bogor dan yang Mengelilinginya, Ada Jejak Kawah Tua

Sebenarnya, Randi memiliki kisah mistis pendakian Gunung Gede Pangrango dua   kali. Namun, yang akan dibahas kali ini yakni yang  terjadi pada  tahun 2000 tepatnya  di malam satu Suro saat masih  lajang (belum memiliki isteri).

Para pendaki yang sebagian besar pemuda pada satu Suro pada tahun tersebut, mengklaim bahwa malam tersebut  sangat pas untuk menikmati malam dan mengkhayati apa  arti dalam malam satu Muharram.   Randi diketahui berangkat dari   Jakarta delapan orang bersama teman-temannya.

Kemudian sampai di Cibodas sedikit malam yakni jam 23.00 malam dan langsung melakukan pendakian. Namun pada tahun 2000 itu, meskipun para pendaki datang malam hari tetapi masih bisa untuk mendaki gunung.

Berbeda dengan yang sekarang terdapat batasan jam yakni jam enam.  Randi dan teman-temannyaa sampai di pos  terakhir untuk menuju puncak yakni pukul 03.00 malam dan   memutuskan untuk istirahat  terlebih dahulu sekitar satu jam.

BACA JUGA:  Sejarah Penamaan Gunung Slamet di Tegal, Nama Syeh Maulana Maghribi Disebut

BACA JUGA: Kisah Dibalik Gunung Bromo, Menyibak Cerita Roro Anteng dan Jaka Seger

Kemudian, jam 04.00, mereka memutuskan untuk kembali mendaki dan hingga tiba saat yang ditunggu-tunggu yakni berada di puncak pada pukul 06.00. Di jam tersebut Randi dan teman-temannya masih bisa menikmati sunrise dan pemandangan indah yang  terdapat   di sekelilingnya.

Lalu, dari puncak tersebut memutuskan untuk turun ke Suryakencana untuk bermalam di   tempat tersebut. Namun, terdapat beberapa teman Randi yang ingin menikmati malam di   puncak.

Sehingga Randi dan teman-temannya  memutuskan untuk bermalam mingguan  di  puncak. Setelah itu, akhirnya  Randi dan temannya memutuskan untuk turun di  Suryakencana di hari Minggu.

Di hari Minggu ini, ada beberapa teman Randi yang ingin berkemah  di Suryakencana. Pada malam itu, gunung ramai dipadati oleh  para pendaki.

Randi dan temannya sampai di Surayakencana pada Minggu jam 05.00 sore. Kemudian, memutuskan untuk memasak, namun terdapat salah  satu teman yang   mencoba  untuk membuka tenda padahal keinginan dari Randi tidak terlalu lama di puncak.

BACA JUGA:  5 Mitos yang Jarang Orang Tahu, dari Artefak Berkekuatan Magis hingga Gunung yang Dihuni Dewa-dewa

BACA JUGA: 5 Mitos Gunung Salak, Terdapat Kerajaan Gaib Pajajaran di Muncak Manik

Pada saat   itulah terdapat perdebatan terkait kapan kembali kemah dan kapan kembali jalan. Kemudian pukul 06.00, akhirnya  memutuskan untuk membongkar tenda dan jalan ke arah Suryakencana.

“Nah di situ, di jalan itu sebenarnya   titik mulainya cerita ini. Di jalan itu  ada   satu tenda pada zaman itu bawa radio dan di dalam radio tersebut terdengar  suara   adzan. Teman   saya Bastio, menyuruh saya untuk berhenti tapi saya   pikir karena takut terlalu malam sampai di ujung Putri akhirnya   saya jalan. Nah, terus jalan itu, kita baru  jalan sekitar   sepuluh dua puluh meterlah tiba-tiba adik saya, Rian itu   terpeleset dan semuanya   tertawa,” ucap Randi.

“Kita semua  tertawa, walaupun sebenarnya  itu sebenarnya  pertanda kita  harusnya   berhenti  saat Adzan. Tapi kita terus jalan sampai ujung  Gunung Puteri”.

Kisah Pendakian Malam Satu Suro

Saat turun ke bawah di Gunung Puteri suasananya sudah sepi dan  tidak bertemu dengan orang-orang, karena pada saat itu mungkin hari Minggu. Jadi tidak banyak orang dan tidak terlalu banyak yang naik ke atas melalui jalur Gunung Puteri.

Penerangan pada saat itu hanya  berbekal lampu seadanya. Ketika Randi dan teman-temannya sampai di sebelum Simpang Maleber terdapat pertigaan yang menurut Randi sebenarnya  bukan pertigaan.

BACA JUGA:  Pantangan di Gunung Lawu yang Wajib Dipatuhi para Pendaki, Hindari Sikap Ini

BACA JUGA: Erupsi Gunung Ibu Terjadi 2 Kali Hari Ini, Sebabkan Hujan Abu Tipis di Pemukiman Barat

Karena menurut Randi  semua jalur  seharusnya ke kanan. Jadi  dari Putri kita mau ke base camp pasti akan mengambil kanan   terus, hal ini bukan tanpa alasan karena Randi sudah 3 tingga 4 kali melewati jalur tersebut.   Ketika sampai di Simpang Maleber, Randi melihat di jalur kanan ada sebuah lubang besar, banyak sampah, dan secara otomatis tidak dapat dia lewati.

Hampir semua teman Randi juga melihat lubang penuh sampah tersebut. Akhirnya Randi dan teman-temannya memutuskan untuk melewati jalur kiri.

Namun, belum sampai ke kiri justru, dia menemukan sesuatu yang aneh. Awalnya mereka tidak merasa aneh sama sekali.

Mereka bertemu dengan tiga orang pendaki. Pendaki tersebut berada di satu pos yakni ada yang berdiri, jongkok  seperti kedinginan, dan yang   satunya sedikit aneh karena merangkak di tanah menuju ke atas serta membuang  muka dari mereka.

Lalu, salah satu dari mereka ada  yang menegur Randi. Namun, ketika Randi ingin menyorotkan senternya ke arah orang tersebut, justru terdapat penolakan dengan menepis menggunakan tangan.

BACA JUGA:  Mitos Terkait Gunung Wilis, Konon Para Pendaki Kerap Diganggu Makhluk Ini

BACA JUGA: Pantangan di Gunung Lawu yang Wajib Dipatuhi para Pendaki, Hindari Sikap Ini

Namun, ketika Randi tidak menyoroti orang   tersebut, Ia melihat mukanya seperti bersinar dan akhirnya di belakang   saya   juga   sambil senyum. Hingga akhirnya teman Randi yakni Bastio mengobrol dengan orang tersebut mengenalkan teman-temannya.

Ketika Bastio mengobrol, tiba-tiba Uwi Teriak dengan berkata “kalau   jalanan   tidak ada jalan ini,” Namun terdapat sebuah palang yang  menutupi jalan ke kiri.

Akhirnya Adi pun memutuskan untuk mencoba membukan palang   tersebut, dan akhirnya dibukalah palang   tersebut.

Kisah Pendakian di Jalur Kiri Maleber Gunung Gede

Pada saat Mereka mengambil jalur kiri, ada yang membuat Randi aneh karena jalurnya terus ke kiri tidak ada jalur yang serong ke   kanan. Karena menurut Randi, apabila terdapat jalur menyerong ke kanan, pasti otomatis akan bertemu di jalur utama.

Namun, karena Mereka sudah terlanjur mengambil jalur tersebut. Mau tidak mau, Mereka   tetap melanjutkan.

BACA JUGA:  Arti Misteri Kuntilanak di Gunung Bromo, Mitos atau Fakta?

Sekitar jam 21.00 malam Mereka terus berjalan. Namun anehnya, jalur   tersebut terdapat banyak daun daun kering dan Randi pun berpikir bahwa jalur ini   tidak pernah dilewati oleh orang-orang.

Kemudian, pukul 23.00 Mereka memutuskan untuk berhenti. Mereka rembugan untuk memutuskan bahwa apakah mau melanjutkan jalur ini   atau naik menuju ke atas   lagi menggunakan jalur kanan.

Tapi, anehnya ketika Mereka berhenti. Randi menemukan satu bungkus rokok yang mereknya Jinggo, rokok zaman dahulu dan Mereka pun berpikir bahwa ada orang yang pernah melewati jalur ini.

Mereka akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan jalur kiri sampai jam 00.00. Namun, dalam perjalanan tersebut semakin mencekam karena ada suara “kresek kresek” seperti ada yang mengikuti di pohon-pohon besar, kadang di   atas, kadang di batang pohon seperti ada yang mengintip.

Namun, karena jalannya turun. Mereka hanya   bisa berjalan terus dan membaca doa-doa keselamatan.

BACA JUGA:  5 Mitos Gunung Salak, Terdapat Kerajaan Gaib Pajajaran di Muncak Manik

“Yang dominan tuh sebenarnya   sosok warna item, kadang-kadang ada yang putih kaya di atas tapi   dia kaya sekilas. Tapi kalau item itu, saya seperti melihat   pohon itu besar tau   tau jadi makin besar. Pas saya ngeh tuh, dipinggir   pohon itu bayangan item itu ngeliatin. Nanti dia pindah lagi ke pohon yang lain” ucap Randi.

Mereka pun terus berjalan turun sambil terus membaca doa sampai akhirnya   yang   paling depan   Dia berhenti dan Dia   bilang “ini udah jam   00.00 kita musti cari tempat untuk nge came”.

Akhirnya Mereka memutuskan untuk berhenti dan memasang tenda. Tapi ketika semuanya sudah masuk tenda, angin di luar sangat   dahsyat seperti badai.

Tiba-tiba ada suara auman macan dan bukan hanya   Randi saja yang mendengar. Namun, semua   teman-temannya juga mendengarnya.

Mereka pun langsung terdiam semua hanya menginginkan malam ini segera berakhir dan bertemu pagi hari supaya dapat melanjutkan perjalanan. Ketika sudah pagi, Randi  melihat   tenda   sudah terbuka dan ada temannya   Bastio yang   sudah di   luar dan menyuruh teman-temannya untuk keluar tenda.

Ketika keluar, semua teman-temannya terpana melihat apa yang ada disamping Mereka yakni jurang yang hanya ada satu pohon besar tumbang untuk jalan.   Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kisah ini, Anda   bisa menontonnya langsung di Channel Youtube RJL 5 – Fajar Aditya.

BACA JUGA:  Kisah Dibalik Gunung Bromo, Menyibak Cerita Roro Anteng dan Jaka Seger

Demikian ulasan mengenai kisah mistis pendakian Gunung Gede Pangrango. Semoga bermanfaat.

Kategori :