radartegal.id – Setiap gunung pasti memiliki kisah, sejarah, cerita mistis sendiri-sendiri, salah satunya yakni Gunung Gede. Berikut ini kisah mistis pendakian Gunung Gede Pangrango di Bogor.
Cerita mistis pendakian Gunung Gede Pangrango berikut ini berdasarkan cerita fakta dari salah satu pendaki yang menjadi bintang tamu di Youtube Channel RJL 5-Fajar. Langsung saja, berikut ini penjelasannya. Kisah Mistis Pendakian Gunung Gede Pangrango Di Episode Om Mamat (Obrolan Malam Jumat) di Channel Youtube RJL 5-Fajar ini kedatangan seorang narasumber bernama Randi yang diketahui memiliki kisah luar biasa ketika melakukan pendakian di Gunung Gede pada malam satu suro. “Selamat malam Mas Randi, bagaimana rasanya ketika mengalami pengalaman tersebut,” tanya Fajar. “Itu merupakan pengalaman yang menakjubkan terus juga mengajarkan kita banyak hal. Cerita-cerita yang akan saya ceritakan kali ini pastinya bisa kita ambil pelajarannya nanti,” ucap Randi. BACA JUGA: Mitos Gunung Tampomas Banjarnegara, Kutukan 2 Cinta Sejoli yang Tidak Direstui BACA JUGA: Sejarah Gunung Gede Pangrango di Bogor dan yang Mengelilinginya, Ada Jejak Kawah Tua Sebenarnya, Randi memiliki kisah mistis pendakian Gunung Gede Pangrango dua kali. Namun, yang akan dibahas kali ini yakni yang terjadi pada tahun 2000 tepatnya di malam satu Suro saat masih lajang (belum memiliki isteri). Para pendaki yang sebagian besar pemuda pada satu Suro pada tahun tersebut, mengklaim bahwa malam tersebut sangat pas untuk menikmati malam dan mengkhayati apa arti dalam malam satu Muharram. Randi diketahui berangkat dari Jakarta delapan orang bersama teman-temannya. Kemudian sampai di Cibodas sedikit malam yakni jam 23.00 malam dan langsung melakukan pendakian. Namun pada tahun 2000 itu, meskipun para pendaki datang malam hari tetapi masih bisa untuk mendaki gunung. Berbeda dengan yang sekarang terdapat batasan jam yakni jam enam. Randi dan teman-temannyaa sampai di pos terakhir untuk menuju puncak yakni pukul 03.00 malam dan memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu sekitar satu jam. BACA JUGA: Sejarah Penamaan Gunung Slamet di Tegal, Nama Syeh Maulana Maghribi Disebut BACA JUGA: Kisah Dibalik Gunung Bromo, Menyibak Cerita Roro Anteng dan Jaka Seger Kemudian, jam 04.00, mereka memutuskan untuk kembali mendaki dan hingga tiba saat yang ditunggu-tunggu yakni berada di puncak pada pukul 06.00. Di jam tersebut Randi dan teman-temannya masih bisa menikmati sunrise dan pemandangan indah yang terdapat di sekelilingnya. Lalu, dari puncak tersebut memutuskan untuk turun ke Suryakencana untuk bermalam di tempat tersebut. Namun, terdapat beberapa teman Randi yang ingin menikmati malam di puncak. Sehingga Randi dan teman-temannya memutuskan untuk bermalam mingguan di puncak. Setelah itu, akhirnya Randi dan temannya memutuskan untuk turun di Suryakencana di hari Minggu. Di hari Minggu ini, ada beberapa teman Randi yang ingin berkemah di Suryakencana. Pada malam itu, gunung ramai dipadati oleh para pendaki. Randi dan temannya sampai di Surayakencana pada Minggu jam 05.00 sore. Kemudian, memutuskan untuk memasak, namun terdapat salah satu teman yang mencoba untuk membuka tenda padahal keinginan dari Randi tidak terlalu lama di puncak. BACA JUGA: 5 Mitos yang Jarang Orang Tahu, dari Artefak Berkekuatan Magis hingga Gunung yang Dihuni Dewa-dewa BACA JUGA: 5 Mitos Gunung Salak, Terdapat Kerajaan Gaib Pajajaran di Muncak Manik Pada saat itulah terdapat perdebatan terkait kapan kembali kemah dan kapan kembali jalan. Kemudian pukul 06.00, akhirnya memutuskan untuk membongkar tenda dan jalan ke arah Suryakencana. “Nah di situ, di jalan itu sebenarnya titik mulainya cerita ini. Di jalan itu ada satu tenda pada zaman itu bawa radio dan di dalam radio tersebut terdengar suara adzan. Teman saya Bastio, menyuruh saya untuk berhenti tapi saya pikir karena takut terlalu malam sampai di ujung Putri akhirnya saya jalan. Nah, terus jalan itu, kita baru jalan sekitar sepuluh dua puluh meterlah tiba-tiba adik saya, Rian itu terpeleset dan semuanya tertawa,” ucap Randi. “Kita semua tertawa, walaupun sebenarnya itu sebenarnya pertanda kita harusnya berhenti saat Adzan. Tapi kita terus jalan sampai ujung Gunung Puteri”. Kisah Pendakian Malam Satu Suro Saat turun ke bawah di Gunung Puteri suasananya sudah sepi dan tidak bertemu dengan orang-orang, karena pada saat itu mungkin hari Minggu. Jadi tidak banyak orang dan tidak terlalu banyak yang naik ke atas melalui jalur Gunung Puteri. Penerangan pada saat itu hanya berbekal lampu seadanya. Ketika Randi dan teman-temannya sampai di sebelum Simpang Maleber terdapat pertigaan yang menurut Randi sebenarnya bukan pertigaan. BACA JUGA: Pantangan di Gunung Lawu yang Wajib Dipatuhi para Pendaki, Hindari Sikap Ini BACA JUGA: Erupsi Gunung Ibu Terjadi 2 Kali Hari Ini, Sebabkan Hujan Abu Tipis di Pemukiman BaratJangan Dilanggar, Ini Kisah Mistis Pendakian Gunung Gede Parangrango Bogor di Malam Satu Suro
Senin 03-06-2024,16:12 WIB
Editor : Teguh Mujiarto
Kategori :