Sejarah Penamaan Gunung Slamet di Tegal, Nama Syeh Maulana Maghribi Disebut

Sejarah Penamaan Gunung Slamet di Tegal, Nama Syeh Maulana Maghribi Disebut

Sejarah Gunung Slamet | Foto: @amirasdiaries--

radartegal.id – Gunung Slamet memiliki ketinggian 3428 MDPL dari permukaan laut yang terdapat di pulau Jawa Tengah, Indonesia.

Gunung Slamet ini terletak diantara lima kabupaten meliputi kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Tegal, dan Pemalang Provinsi Jawa Tengah.

Gunung Merapi ini menjadi Gunung tertinggi di Jawa  Tengah dan  tertinggi kedua di pulau Jawa  setelah Gunung Semeru.

Bagi Anda yang belum mengetahui, Gunung Slamet memiliki kawah yang  hingga kini masih aktif yakni kawah empat. Meskipun memiliki beragam mitos yang agak mengerikan dan medan yang sulit, namun tetap menjadi sasaran pendakian bagi para pendaki.

BACA JUGA: Mitos dan Legenda Gunung Slamet yang Lekat dengan Ramalan Jayabaya tentang Keselamatan Pulau Jawa

Ada pun kaki Gunung Slamet ini, terletak di Wisata Baturaden berjarak 15 KM dari Purwokerto. Bagi Anda yang ingin mengetahui sejarah Gunung Slamet, berikut penjelasannya dari akun YouTube Berbagi Tahu.

Sejarah Gunung Slamet

Gunung Slamet sama seperti Gunung Api lainnya yang terdapat  di pulau Jawa yang memiliki  kisah misteri  atau  mitos  dan sejaratersendiri. Gunung ini juga sering aktif dengan skala yang kecil.

Tahukah Anda  bahwa  sejarah penamaan Gunung Slamet ini berhubungan dengan Syeh Maulana Maghribi, lho. Lalu siapakah Syeh Maulana Maghribi ini? Berikut penjelasannya.

Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat. Gunung yang satu ini pertama kali diberi nama oleh  Syeh Maulana Maghribi yang menjadi seorang penyebar agama Islam berasal dari Negeri Turki.

Di sana Beliau menjadi seorang Pangeran. Namun, suatu hari setelah Beliau melaksanakan ibadah salat subuh, Syeh Maulana melihat cahaya misterius yang tinggi diangkasa.

BACA JUGA: Bukan Membelah Pulau Jawa, Ini yang Akan Terjadi Jika Gunung Slamet Meletus

Syeh Maulana pun merasa tertarik, kemudian Beliau ingin mengetahui sumber cahaya misterius tersebut. Beliau akhirnya memutuskan untuk menyeledikinnya dan sembari  menyebarkan agama Islam dengan ditemani pengikutnya bernama Aji  Datuk dan ratusan pengawal kerajaan.

Beliau dan pengikutnya pun berlayar ke mengikuti sumber cahaya misterius tersebut. Namun, pada saat tiba di pantai gresik Jawa Timur tiba-tiba cahaya tersebut kembali muncul di sebelah Barat.

Syeh Maulana pun memutuskan untuk berlayar  ke arah Barat hingga sampai di pantai Pemalang Jawa Tengah. Di pantai tersebut, syeh memerintahkan pasukannya untuk kembali ke Turki dan Beliau melanjutkan perjalanan ditemani Aji Datuk dengan berjalan kaki ke arah selatan sembari menyebarkan agama Islam.

Namun, ketika cahaya  misterius tersebut melewati  daerah banjar, tiba-tiba Beliau menderita sakit gatal disekujur tubuh. Penyakit  gatal tersebut diketahui sulit untuk disembuhkan.

BACA JUGA: Jadi Kunci Pulau Jawa, Ini Legenda Gunung Slamet yang Masih Dipercaya

Pada suatu malam setelah selesai  salat tahajud. Beliau, mendapatkan ilham bahwa Beliau harus pergi ke Gunung Gora.

Setibanya di lereng Gora, Beliau meminta Aji Datuk untuk meninggalkannya sendirian dan menunggu di suatu tempat yang mengeluarkan kepulan asap. Usut punya usut, ternyata di tempat tersebut terdapat sumber air panas yang memiliki tujuh buah pancuran.

Syeh Maulana pun memutuskan untuk tinggal di tempat dengan tujuan berobat yakni mandi secara teratur disumber air panas.

Berkat kemanjuran air panas tersebut, penyakit yang diderita  oleh  Syeh Maulana beransur sembuh total. Lalu, Syeh Maulana memberikan nama tempat  tersebut dengan sebutan pancuran tujuh.

BACA JUGA: Status Gunung Slamet Naik ke Level 2 Waspada, Pendakian Ditutup dan Warga Diminta Tenang

Namun, tahukah Anda bahwa penduduk sekitar memanggil Syeh Maulana sebagai Mbah Atas Angin karena datang dari Negeri  yang jauh. Lalu, Syeh Maulana memberikan gelar kepada Aji Datuk dengan sebutan rusuludi.

Rusuludi dalam bahasa Jawa berarti abdi yang setia. Sementara desa tersebut kemudian terkenal dengan sebutan Hutan Baturadi dan lama kelamaan menjadi Baturaden.

Karena Beliau mendapatkan kesembuhan dari penyakit gatalnya dan  keselamatan di Gunung Gora. Maka, Beliau mengganti nama menjadi Gunung Slamet.

Jadi, sebelum mendapatkan nama sebagai Gunung Slamet, gunung Api ini bernama Gunung Gora. Demikian ulasan mengenai sejarah Gunung Slamet. Semoga bermanfaat.

Sumber: