BREBES, RADARTEGAL.DISWAY.ID - Proses tak akan mengkhianati hasil. Begitulah prinsip Ki Tarto, dalang yang sukses mengkolaborasikan seni wayang kulit dengan tarian sintren topeng khas Brebes.
Alumnus Sekolah Menengah Karawitan Indonesia Banyumas tahun 1986 itu, memang bertekad kuat melestarikan kesenian wayang kulit agar terus eksis.
Darah seni sebagai dalang Ki Tarto merupakan warisan dari kakek dan ayahnya.
Ciri khas dalang nyentrik pun tersematkan pada pria paruh baya yang juga Kepala SMPN 3 Brebes itu.
BACA JUGA:Unik dan Menarik! Pemkab Tegal Ingatkan Warga Waspada DBD dengan Wayang Santri
Dalam setiap penampilannya, banyolan Ki Tarto mampu mengkombinasikan dua seni sekaligus. Yakni, perpaduan seni dalang wayang kulit dan tari topeng.
Karena memang target utama dia melestarikan seni budaya wayang dan tari topeng khas Brebes
"Dengan gempuran modernisasi hiburan sekarang, harus ada yang terus konsen menggeluti dunia dalang. Saya memilih ikut ambil bagian dalam pedalangan," ungkapnya kepada Radar Tegal.
Melalui setiap proses dalam mendalang, lanjut Ki Tarto, justru makin menguatkan semangatnya melestarikan wayang.
BACA JUGA:Ki Haryo Susilo Entus Susmono Ajak Pelajar Lestarikan Budaya Melalui Pentas Wayang
Tujuannya agar generasi penerus bangsa mendatang tetap mencintai seni wayang dan tari sintren topeng khas Brebes.
Termasuk, memberikan dan mentransformasikan ilmunya secara gratis di lingkungan sekitarnya.
"Bagi sebagian orang, memang ada yang menertawakan usaha saya. Karena seni wayang dan tari sintren topeng dianggap kuno. Tapi, itu menjadi tantangan untuk menjaga eksistensinya," jelasnya.
Selain berprofesi sebagai dalang, Ki Tarto membuktikan kompetensinya menjadi seorang guru. Bahkan, statusnya sebagai guru Pegawai Negeri Sipil menjadi jalan untuk mewujudkan mimpinya.