BACA JUGA:Hadiri HWD ke VIII di Surakarta, Ganjar Yakin Wayang Tidak Akan Pernah Hilang
Yakni, menggencarkan promosi pertunjukan seni kolaborasi wayang kulit dan tari sintren topeng. Cara tersebut menjadi wadah kampanye dalam menggaet minat masyarakat luas.
"Mengenalkan seni tradisional ke generasi milenial, awalnya memang sulit. Tapi sambil mengalir, komitmen mengenalkan wayang kulit dan tari sintren topeng makin optimis," ujarnya.
Ki Tarto menuturkan, makin berkurangnya gelaran wayang kulit yang hanya pada moment tertentu, menjadi sebuah tantangan. Karena hanya bisa tampil namun jarang.
Seperti, ulang tahun desa (sedekah bumi) maupun tujuh belasan. Terlebih, tarif menggelar pertunjukan wayang kulit cukup mahal dan penggemarnya sangat jarang.
BACA JUGA:Ribuan Warga Saksikan Wayang Santri di Penutupan Cempaka Suro Fest 2022
Sehingga, meski dalang menjadi pekerjaan sampingan, ia berharap kesenian wayang kulit terus eksis.
Terlebih, UNESCO sudah mengakui wayang kulit sebagai warisan budaya dunia.
"Buktinya, banyak mahasiswa dari luar negeri justru menimba ilmu di sejumlah kampus di Jawa mengambil jurusan pedalangan," katanya.
Ki Tarto menambahkan, dalam pertunjukan wayang menjadi penjabaran berbagai watak dan karakter wayang layaknya manusia.
BACA JUGA:Dorong Penari Sintren di Brebes Hingga Terjatuh, Nelayan Ditangkap Polisi
Yakni, tiga hal yang bisa diambil hikmahnya sebagai tontonan atau hiburan. Tuntutan atau nilai kehidupan, ada yang baik dan buruk serta kodrat kalah menang.
Termasuk, pengambil peran sebagai dalang, niyaga (penabuh gamelan) dan sinden semua tertib dengan duduk secara santun.
"Makanya, UNESCO menetapkan Wayang sebagaj Kesenian Dunia yang Adi Luhung," tandasnya. *