Tragedi Bukit Tambun Tulang, Misteri Bulu Perindu, dan Jejak Karma Kejahatan di Gunung Maras

Tragedi Bukit Tambun Tulang, Misteri Bulu Perindu, dan Jejak Karma Kejahatan di Gunung Maras

Legenda Gunung Maras-TripTrus-

RADAR TEGAL     Legenda Gunung Maras telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Pulau Bangka, Kepulauan Bangka Belitung.

Gunung Maras yang berdiri megah di Desa Rambang, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, memiliki daya tarik tak hanya dalam pemandangan alamnya, tetapi juga dalam kisah-kisah yang melingkupinya.

Legenda Gunung Maras menggambarkan bahwa gunung ini tidak hanya formasi geologis, melainkan juga penuh dengan kisah-kisah yang membangun budaya dan identitas lokal.

Berikut adalah informasi mengenai legenda Gunung Maras yang dilansir dari kanal YouTube Legenda Senja oleh Radar Tegal. 

BACA JUGA:Tragedi Pendaki dengan Jumlah Ganjil di Gunung Bondang: dari Legenda Jadi Nyata?

Legenda bulu perindu

Bambu-bambu yang saling bergesekan, konon bisa membuat pendengarnya terhanyut dan lupa jalan pulang. Ada sebuah legenda yang menceritakan tentang asal-usul bulu perindu ini.

Kisah ini bermula ketika suara gemerisik bulu perindu pertama kali terdengar oleh warga sekitar. Konon, di lereng gunung ini, terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja.

Kehidupan damai dan cobaan kesepian

Raja tersebut tinggal bersama kedua anaknya yang bernama Maras dan Rindu. Kehidupan di kerajaan itu begitu damai dan tentram.

Namun, suatu hari raja yang merasa kesepian memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang perempuan biasa yang memiliki seorang putra bernama Tambun.

Melihat kekayaan yang dimiliki sang raja, perempuan tersebut beserta anaknya merasa iri dan berkeinginan untuk merebut semua kekayaan kerajaan.

BACA JUGA:Terungkap! Mitos dan Tradisi di Balik Gunung Gamalama Pulau Ternate

Tipu daya dan pengkhianatan

Kemudian, sang raja jatuh sakit dan sulit tidur karena terbatuk-batuk sepanjang malam. Melihat situasi ini, Tambun dan ibunya memiliki niat jahat untuk meracuni sang raja.

Mereka mencampurkan racun ke dalam minuman sang raja agar hidupnya segera berakhir.

Singkat cerita, karena keegoisan dan kelicikan Tambun, ia jatuh ke dalam jurang yang kemudian tertimbun tanah. Tempat tersebut membentuk bukit yang diberi nama Bukit Tambun Tulang.

Kisah terlupakan yang dikaitkan

Sementara itu, warga sekitar mempercayai bahwa Maras telah menemukan sebuah pusaka. Oleh karena itu, Maras enggan kembali ke kerajaan.

Sejak saat itu, masyarakat setempat meyakini bahwa suara merdu dari bambu-bambu yang bergesekan di Kawasan Bukit Tambun Tulang adalah perwujudan dari suara Rindu, sang adik.

Konon, angin yang meniup pohon bambu menghasilkan suara seperti merintih, memanggil-manggil kakaknya.

BACA JUGA:Misteri Batu-Batu di Gunung Sawal: Konon Lebih Usang dari Borobudur

Pantangan membawa rahasia dan gangguan makhluk halus

Menurut penuturan petugas pengelola gunung, Maras melarang para pendaki membawa tiga jenis pisang, yaitu pisang raja, pisang mas, dan pisang rejang.

Selain itu, mereka juga dilarang membawa minuman beralkohol, telur asin, ketan, atau barang-barang sesajian lainnya.

Konon, jika barang-barang tersebut dibawa ke puncak bukit, orang yang membawanya akan mengalami gangguan dari makhluk halus.

Bahkan menurut Bapak Doddy, pengelola kawasan gunung Maras, ada yang kesurupan, sakit, bahkan diikuti oleh makhluk halus hingga sampai di rumah mereka.

Dengan segala misteri dan makna yang terkandung di dalamnya, legenda Gunung Maras tetap menjadi warisan budaya yang memikat dan memperkaya wilayah Pulau Bangka.***

Sumber: legenda senja