Menikmati Keasrian Desa Penglipuran yang Super Bersih, Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan Bangli

Menikmati Keasrian Desa Penglipuran yang Super Bersih, Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan Bangli

Desa Wisata Penglipuran -Kamenparekraf-Kamenparekraf

RADARTEGAL.DISWAY – Siapa sangka bahwa di Indonesia ada salah satu desa yang dinobatkan sebagai desa terbersih di dunia. Namanya Desa Penglipuran yang berlokasi di Bali dan super bersih.

Sebetulnya, nama desa ini sudah sangat terkenal dan selalu menjadi topik pembicaraan destinasi wisata saat di Bali. Desa ini juga sering mendapat kunjungan para traveller lokal dan mancanegara.

Melansir dari situs Kamenparekraf, Desa Wisata Penglipuran berada di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Memiliki luas 112 Ha, wilayah desa ini dibagi-bagi menjadi berbagai area untuk pertanian, hutan bambu, hutan, pemukiman, tempat suci, dan fasilitas umum.

 BACA JUGA:Mengenal Desa Juhu, Desa Terpencil di Tengah Rimba Kalimantan Selatan

Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan Bangli

Desa Penglipuran sendiri telah ada sejak zaman Kerajaan Bangli di sekitar 700 tahun lalu. Desa ini termasuk ke dalam desa adat yang penduduknya memeluk agama Hindu.

Julukannya sebagai desa terbersih di dunia bukan hanya bualan semata. Melainkan terbukti dari penghargaan bidang lingkungan dan pariwisata yang berhasil diperoleh Desa Penglipuran.

Misalnya, penghargaan dari Kalpataru, Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA), hingga Sustainabe Destinations Top 100 versi Green Destinations Fundation.

Saat memasuki desa ini, nuansa asri, teduh, dan sejuk akan kamu rasakan karena banyaknya tanaman tersusun rapi mengelilingi desa. Selain melihat kebersihan dan keasrian desa, tentunya wisatawan dapat mempelajari tentang budaya setempat yang tidak kalah menarik.

BACA JUGA:6 Desa Terkaya di Indonesia, Ada yang Pendapatannya Sampai 140 Miliar Pertahun!

Ritual Keagamaan Ngusaba

Terdapat sebuah ritual keagamaan bernama Ngusaba, yakni ritual yang dilakukan untuk menyambut Hari Raya Nyepi. Melansir dari Bali Post, salah satu tradisi yang rutin dilaksanakan adalah Ngusaba Bantal.

Ritual Ngusaba Bantal adalah ekspresi rasa syukur kepada Ida Ratu Melasem dengan memberikan persembahan berupa jajan bantal yang berisi buah-buahan dan canang.

Terdapat dua warna jajan bantal, yakni putih dan coklat. Pembungkus jajan bukan dari daun janur, melainkan berbahan daun enau. Hal itu dikarenakan sudah menjadi kepercayaan dan tradisi.

Aturan lain saat ritual ini adalah jajan bantal tidak boleh dicicipi sedikitpun oleh pembuat maupun keluarga. Apabila ada yang hendak mencicipi, jajan bantal harus diletakkan ke tanah terlebih dahulu.

Hal itu menyimbolkan bahwa makanan yang sudah jatuh, tidak bisa menjadi persembahan karena tidak layak.

BACA JUGA:UMR Jakarta Lewat, Ini Desa Sultan di Indonesia yang Pendapatannya Fantastis

Hidangan Unik Loloh Cemcem dan Tipat Cantok

Saat berjalan-jalan ke Desa Pengliouran, wajib rasanya untuk mencicipi kuliner bernama loloh cemcem, yakni minuman khas berbahan dasar daun cemcem atau daun kloncing yang baik untuk pencernaan.

Sajian tipat cantok, yaitu makan berat yang berasal dari ketupat dan sayuran rebus. Selanjutnya hidangan disiram dengan bumbu kacang yang gurih, Kedua hidangan ini yang menjadi ciri khas di Desa Penglipuran.

Selain berbagai kegiatan di atas, wisatawan dapat melakukan berbagai aktivitas seru karena ada banyak hal yang bisa wisatawan eksplor.

1. Belajar bikin kerajinan dari bambu

Desa Penglipuran memiliki banyak pengrajin lokal yang bisa kamu kunjungi dan ikut belajar bersama. Berbagai kerajinan tangan tersedia, salah satunya adalah pernak-permik dari bambu. Hasil karyamu juga bisa dibawa pulang sebagai kenang-kenangan.

2. Mengabadikan momen

Area wilayah Desa Penglipuran punya segudang spot foto yang estetis. Apabila kamu berkunjung ke sini, maka wajib untuk mengabadikan momen di setiap tempat di desa ini.

Nuansa yang asri, pemandangan desa yang indah dan banyak corak budaya akan membuat hasil fotomu semakin bagus dan ciamik dilihat.

BACA JUGA:Ini 5 Desa Tertinggi di Indonesia, Sebagian Besar Ada di Pulau Jawa, Loh

3. Menjelajah hutan bambu

Menyusuri hutan bambu seluas 45 hektare di Desa Penglipuran dapat menjadi salah satu kegiatan yang seru. Hutan bambu ini mengelilingi desa dan terus dijaga oleh seluruh penduduk setempat.

Masyarakat desa yang menjunjung tinggi keseimbangan antara manusia dan alam, mampu mempertahankan kelestarian hutan hingga saat ini. Bagi mereka, hutam bambu di desanya merupakan sejarah awal dari peradaban manusia.

Hutan bambu ini juga disebut sebagai pelindung desa. Hal itu disebabkan fungsinya sebagai area resapan air, bukan sekadar memperindah lingkungan desa.

BACA JUGA: Sudah Pernah Dengar Desa Wae Rebo? Ternyata Ini Asal-Usul dan Keindahannya

Desa Penglipuran menjadi salah satu bukti bahwa manusia dapat hidup berdampingan selaras dengan alam. Berkat alam juga, penduduk desa setempat membuktikan bahwa mereka dapat memiliki pencaharian hidup.

Berminat berkunjung? ***

Sumber: https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/penglipuran