Sawo Tegalsari

Sawo Tegalsari

Sang ayah kemudian jadi dosen ekonomi di UII (Universitas Islam Indonesia) Yogyakarta. Dosen UII itu lantas mengawini dosen IKIP Yogyakarta: Aliyah. Asli Sunda. Dari Kuningan. Di kaki Gunung Ceremai.

Ketika hamil, Aliyah diminta pulang ke Kuningan. Ibunyi menghendaki anak wanitanyi itu melahirkan pertama harus di Kuningan. Begitu adat keluarganyi. Anies Baswedan lahir di Kuningan. Di tangan bidan desa. Berarti Anies itu suku campuran: Arab, Jawa, Sunda.

Umur satu bulan Anies dibawa balik ke Yogya. Tumbuh di Yogya. TK di Yogya. SD, SMP, SMA dan kuliah di Yogya. Jadilah Anies orang Yogya. Teman-teman aktivisnya pun orang Yogya.

Tamat SMA, Anies ke Amerika. Ke Milwaukee. Ikut pertukaran pelajar. Pulang dari Amerika barulah masuk Universitas Gadjah Mada, di fakultas Sospol. Teman satu bangkunya di SMA masuk ke fakultas peternakan.

Setelah lulus keduanya mengambil jalan yang berbeda: Anies jadi guru. Temannya, si sarjana peternakan, jadi ahli bangunan.

Tapi baik yang guru maupun yang ahli bangunan sama-sama tetap menaruh minat di kebudayaan. Dua-duanya lebih dikenal sebagai intelektual-budayawan. Bahkan temannya itu menjadi sangat spesialis: budaya Jawa. Termasuk sampai ke soal rumah joglonya.

Itulah Danang, si pembeli onggokan kayu bekas rumah joglo di Tegalsari.

Danang masih sedarah dengan pelukis terkemuka Basuki Abdullah.

Kapan-kapan saya harus ke Yogya. Bertemu Danang. Agar tidak hanya Pendeta Reno yang dapat cerita langsung darinya.

Begitu bisa membeli tanah di gang sempit itu Anies menghubungi Danang. Ia menceritakan soal tanah miring itu. Anies bertanya: apakah bisa dicarikan rumah joglo.

Jawaban Danang mengejutkan Anies. "Sudah saya sediakan," ujar Danang.

"Apa maksudnya?" tanya Anies.

"Sudah ada. Tenang saja," jawabnya.

Danang memang tidak pernah bercerita bahwa ia pernah membeli kayu joglo satu unit. Itu sudah empat tahun lalu. Danang memindahkan tumpukan kayu di Tegalsari itu ke Yogya. Ia pilih-pilih. Ia pilah-pilah. Berdasar fungsi masing-masing kayu.

Setelah itu, Danang mencoba merangkai kembali joglo itu. Di tanahnya di Yogya. Sampai bisa berdiri sebagai joglo utuh.

Sumber: