Sehabis ditato biasanya badan sakit untuk beberapa hari. Namun itu tidak menjadi masalah, orang Mentawai kuat-kuat.
Kehidupan di Dusun Butui, Pulau Siberut
Tidak ada mobil di dusun ini karena memang tidak ada jalan besar. Walau termasuk pelosok, namun tidak semua warga Butui yang mau mempertahankan tradisi berpakaian seperti Suku Mentawai. Malu, katanya.
Begitu juga dengan tato, tidak banyak yang mau mentato tubuhnya. Berbagai alasan dipakai, mulai dari pendidikan hingga pekerjaan.
Banyak pendatang di pulau ini. Mereka membawa banyak perubahan pada masyarakat asli Mentawai. Tapi, itu tidak masalah. Masyarakat tetap hidup rukun dan damai.
Teknologi sudah masuk di dusun ini walaupun tidak ada sinyal. Teknologi seperti handphone dipakai untuk musik saja.
Teknologi juga tidak masalah bagi mereka. Namun, mereka harus tetap ingat akan warisan budaya.
Gigi runcing pertanda cantik dan tampan
Selain tradisi mentato, mereka juga punya tradisi meruncingkan gigi. Bagi mereka perempuan maupun lelaki akan tampak cantik dan tampan jika punya gigi runcing.
Dulunya, perempuan Suku Mentawai memakai daun pisang sebagai pakaian mereka. Jika kotor, mereka akan membuangnya dan membuat yang baru.
Namun, sekarang sudah ada kain. Jadi, daun pisang sudah tidak dipakai lagi. Walaupun begitu, untuk melestarikan adat, daun pisang dipakai ketika sedang menjaring ikan.
Ritual pembersihan roh jahat di Suku Mentawai
Selain tradisi tato dan gigi runcing, dan daun pisang, mereka punya tradisi lain. Yaitu tradisi pembersihan roh jahat di sekitar rumah.
Ritual mereka diiringi gendang khas Mentawai. Ada juga tarian untuk menghormati para leluhur.
Biasanya, ritual berlangsung sepanjang malam. Namun, hal ini tergantung seberapa banyak roh jahatnya.
Pakaian adat khusus juga akan dipakai saat ritual. Kalung yang dipakai suku ini katanya adalah peninggalan Belanda.