Manisan khas Tegal Jajan Elit di Zaman Belanda, Apa Penyebab hampir Punahnya Kuliner Ini?

Manisan khas Tegal Jajan Elit di Zaman Belanda, Apa Penyebab hampir Punahnya Kuliner Ini?

KULINER TEGAL - Manisan buah khas Tegal mungkin tidak lagi sepopuler dulu, tetapi bukan berarti ia harus terlupakan. Seiring dengan upaya pelestarian oleh penjual manisan.-(dok. istimewa)-

BACA JUGA: Pilihan Para Pemudik, Ini Rekomendasi Kuliner Enak Tegal yang Masih Hits

Produk ini lebih mudah didapatkan, praktis, dan menawarkan berbagai varian rasa yang menarik. Dengan kemajuan teknologi pengemasan, produk-produk pabrikan ini menawarkan kenyamanan bagi konsumen yang tidak lagi memiliki banyak waktu untuk menikmati makanan tradisional yang membutuhkan proses lebih lama.

Selain itu, kebiasaan konsumsi masyarakat juga telah berubah. Masyarakat kini lebih memilih makanan yang cepat saji dan praktis. Dalam dunia yang serba cepat ini, makanan seperti manisan buah yang memerlukan waktu dan proses dalam pembuatannya menjadi kurang diminati. Orang cenderung mencari makanan yang bisa dikonsumsi dengan mudah, tanpa harus menunggu lama untuk menikmatinya.

Dampak Modernisasi

Urbanisasi yang terus berkembang juga turut mempengaruhi eksistensi manisan buah tradisional ini. Banyak generasi muda yang kini lebih mengenal dan menggemari makanan modern yang lebih cepat, praktis, dan sesuai dengan tren global.

Mereka lebih terpapar pada budaya kuliner modern yang sering kali mengabaikan warisan kuliner lokal, termasuk manisan buah khas Tegal. Tidak jarang, anak muda yang tinggal di kota besar tidak tahu menahu tentang makanan tradisional ini, atau bahkan tidak tertarik untuk mencobanya.

BACA JUGA: Mau Sukses Promosi Usaha Kuliner? Ikuti 3 Resep dari Calon Wakil Wali Kota Tegal Ashim Fikri Berikut

BACA JUGA: 5 Kuliner Khas Tegal dengan Harga Ekonomis, Perut Kenyang Kantong Tenang

Fenomena ini mencerminkan pergeseran budaya yang terjadi seiring dengan modernisasi dan globalisasi. Masyarakat urban sering kali lebih memilih makanan instan atau yang sedang tren, sementara kuliner tradisional seperti manisan buah hanya menjadi kenangan bagi sebagian orang yang masih menghargai nilai-nilai budaya lokal.

Terhambatnya Usaha Penjual 

Penjual manisan buah tradisional yang masih bertahan hingga kini kebanyakan adalah usaha turun-temurun yang telah ada selama beberapa generasi. Namun, mereka sering kali menghadapi kesulitan dalam mempertahankan produksi dan pemasaran di tengah persaingan ketat dengan produk-produk modern.

Biaya produksi yang tinggi, keterbatasan dalam hal promosi, dan semakin berkurangnya pelanggan setia membuat banyak pedagang manisan tradisional sulit untuk berkembang.

Meski demikian, beberapa penjual masih berusaha keras untuk melestarikan tradisi ini. Mereka berinovasi dengan menciptakan varian manisan buah baru yang lebih menarik bagi konsumen muda, dan berusaha untuk memperkenalkan kembali manisan buah sebagai bagian dari identitas kuliner Tegal.

BACA JUGA: Rujak Teplak Khas Tegal, Legenda Kuliner Sejak Zaman Belanda yang Bikin Ketagihan!

BACA JUGA: 4 Kuliner Khas Tegal yang Hampir Punah, Menjaga Warisan Rasa dari Dulu hingga Sekarang

Keterbatasan Sumber Daya

Selain tantangan persaingan dan perubahan gaya hidup, kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat juga berpengaruh pada minat terhadap manisan buah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: