Berusia 2 Abad Lebih, Begini Keunikan Langgar Duwur di Kota Tegal yang Dibangun dari Bahan Kayu Bekas Kapal

Berusia 2 Abad Lebih, Begini Keunikan Langgar Duwur di Kota Tegal yang Dibangun dari Bahan Kayu Bekas Kapal

Sejarah langgar duwur kota tegal--

TEGAL, radartegal.id - Kota Tegal ternyata tak hanya dikenal dengan julukan bahari dan wisata pantai dalam indah nya saja. Kota ini juga di kenal memiliki sejarah dalam penyebaran islam, salah satunya sejarah langar duwur.

Sejarah langgar duwur ini merupakan mushola tertua yang terletak di Pesengkongan, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Mushola tertua ini menggunakan bahan kayu jati pada tiangnya.

Konon katanya tiang langgar lemah duwur yang menggunakan bahan kayu jati ini merupakan kayu bekas kapal. Sejarah langgar duwur kota tegal ini merupakan  bangunan khas di daratan jawa.

Berdiri sejak tahun 1820, sejarah langgar duwur kota Tegal ini dulunya menjadi tempat peristirahatan para saudagar perantauan yang datang berlayar dan butuh tempat peristirahatan. Simak sampai selesai.

BACA JUGA: Sejarah Taman Ratu Belanda di Tegal yang Menjadi Asal Usul Berdirinya Taman Pancasila

BACA JUGA: Sejarah Pemakaman Kerkhof di Tegal, Peristirahatan Terakhir Pejabat Tinggi dan Residen Pertama Zaman Belanda

Sejarah Langgar Duwur Kota Tegal

                                           

Langgar yang dibangun sekitar 1820 itu awalnya sebuah masjid. Lantaran banyaknya saudagar perantauan yang datang berlayar dan butuh tempat beristirahat, pedagang Melayu bernama Mukmin mengusulkan pendirian tempat ibadah sekaligus tempat istirahat.

Para saudagar asal Gujarat, Melayu, Pakistan, India dan Kalimantan itu akhirnya mengumpulkan material untuk membangunnya. Mereka membeli kayu bekas galangan kapal yang sudah tidak terpakai atau rusak untuk membangun musala dua lantai.

Kayu-kayu tua berbentuk lonjong bulat, memiliki lebar berdiameter sekitar 50 cm dan panjang hampir sekitar 15 meter digunakan sebagai tiang penyangga bangunan. Ada juga dua saka yang berdiri kokoh didalam langgar.

Setelah rampung, tempat ibadah ditempatkan di lantai dua atau disebut Langgar Dhuwur (dhuwur=tinggi). Di lantai ini juga tersedia kentongan yang masih utuh dan berusia hampir 200 tahun. Sementara, lantai dasar menjadi tempat istirahat dan menyimpan barang para saudagar yang singgah.

BACA JUGA: Sejarah Tari Topeng Endel Tegal, Sudah Ada Sejak Zaman Majapahit sebagai Simbol Penobatan Raja

BACA JUGA: Sejarah Kacang Bogares Khas Tegal yang Enak dan Gurih, Wajib Dibeli Saat Pulang Kampung

Sumber: