Tradisi Turun Temurun, Upacara Panjang Jimat Digelar Keraton Kacirebonan untuk Peringati Maulid Nabi

Tradisi Turun Temurun, Upacara Panjang Jimat  Digelar Keraton Kacirebonan untuk Peringati Maulid Nabi

TURUN TEMURUN - Upacara Panjang Jimat menjadi salah satu tradisi turun temurun Keraton Kacirebonan.-Kebudayaan.Kemdikbud.go.id-

Beberapa saat kemudian, iring-iringan abdi dalem berbaju hijau dan putih keluar dari dalam Keraton Kacirebonan berjalan melalui ruang Prabayaksa dengan membawa payung, kemudian satu persatu para abdi dalam membawa lilin dan piring-piring panjang jimat  yang dibungkus kain.

Para abdi dalam yang membawa piring panjang jimat tersebut selanjutnya menuju langgar Agung Tirta Sumirat (musala) yang berada di samping Keraton Kacirebonan untuk digelar pembacaan kitab barjanji.

"Acara Maulud atau pelal Ageng ini merupakan adat tradisi turun temurun yang dilakukan Keraton Kacirebonan setiap tahun dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW," ujar Sultan.

BACA JUGA:Pentas Seni Tradisional hingga Modern Tutup Gelaran Margadana Expo 2023

BACA JUGA:Tradisi Lama, Sedekah Bumi Warga Kepandean Kabupaten Tegal Ada Sejak Ratusan Tahun Lalu

Mengutip dari web Kemdikbud.go.id, Upacara Panjang Jimat mempunyai sejarah khusus yaitu terkait satu benda pusaka Keraton Cirebon yang merupakan pemberian dari Sanghyang Bango ketika masa pengembangan dari Raden Walangsungsang (Pangeran Cakrabuan) dalam mencari agama Nabi (Agama Islam).

Pada masa lalu, muludun memiliki fungsi ekonomi. Ini dikarenakan pada masa itu muludan menjadi ajang jual beli. 

Dalam hal ini muludan menjadi ajang penjualan hasil panen, ikan tangkapan, kerajinan, dan sebagainya  bagi para petani, nelayan, pengrajin, dan sebagainya. Sementara itu pembeli datang untuk membeli barang-barang yang dihasilkan para petani, nelayan, pengrajin, dan sebagainya.

Karena saat  Muludan menjadi ajang bagi masyarakat untuk berkumpul sekaligus sebagai pembeli. Pada masa kini Muludan memiliki fungsi Mempertautkan silaturahim dari keraton dan masyarakat. 

BACA JUGA:Terungkap! Mitos dan Tradisi di Balik Gunung Gamalama Pulau Ternate

BACA JUGA:Melihat Tradisi Nguntal CIndil Jawa Timur, Tradisi Memakan Bayi Tikus Secara Utuh Berani Coba?

Selain itu Muludan berfungsi untuk mempertahankan eksistensi keraton. Dari sisi rakyat muludan memiliki fungsi untuk ngalap berkah atau mencari keberkahan dan mencari solusi karena keraton sebagai Problem Solver. 

Selain itu Muludan memiliki fungsi untuk mencari nafkah. Dalam hal ini Muludan dijadikan arena untuk berdagang dan menjual jasa. Misalnya jasa parkir kendaraan.

Tradisi yang masih dipegang teguh keluarga keraton dan masyarakat Cirebon adalah peringatan Mauludan yang jatuh pada setiap tanggal 12 Maulud tahun Hijriyah, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yaitu dengan merayakan Upacara Panjang Jimat. 

Pada waktu itu semua panjang yaitu baki-baki dan piring-piring besar, serta jimat dicuci pada suatu hari menjelang hari Maulud dengan suatu upacara. Panjang ini kebanyakan terdiri atas piring Miing biru-putih yang dipesan khusus, dan dihiasi tulisan Arab, seperti kalimah syahadat dan Ayat Kursi. 

Sumber: radarcirebon.disway.id