5 Mitos Anjing dalam Masyarakat Jawa Kuno, Sebab Munculnya Legenda Candi Asu Sengi

5 Mitos Anjing dalam Masyarakat Jawa Kuno, Sebab Munculnya Legenda Candi Asu Sengi

Mitos Anjing dalam Masyarakat Jawa Kuno Awali Kisah Legenda Pembuatan Candi Asu Sengi--

RADAR TEGAL - Candi Asu Sengi terkenal akan mitosnya wanita bernama Dewindani yang dikutuk menjadi anjing, yang arcanya bisa dilihat di candi tersebut. Hal ini berbeda dengan pandangan anjing dalam masyarakat Jawa Kuno

Sejatinya anjing dalam masyarakat Jawa Kuno dipandang positif karena memiliki loyalitas yang tak bersyarat pada tuannya. Bahkan, persahabatan manusia dan anjing telah mewarnai peradaban-peradaban kuno, mulai dari Mesir, Yunani, hingga daratan Tiongkok.

BACA JUGA:2 Mitos Candi Asu Sengi, Konon Tukang Selingkuh Dikutuk Jadi Anjing

Selain itu, anjing dalam masyarakat Jawa Kuno juga dipandang menjadi alat dewata, yang mampu meleburkan jenazah di muka bumi. Meskipun begitu, hewan tersebut kini mendapat stigma negatif hingga menjadi kata makian. 

Pada kesempatan kali ini, radartegal.disway.id akan mengajak Anda untuk mengenal beberapa mitos yang terkenal di Indonesia, tepatnya di tanah Jawa. Melansir dari kanal youtube ASISI Channel berikut informasi mengenai 5 mitos anjing dalam masyarakat Jawa Kuno.

BACA JUGA:3 Pandangan Jawa terhadap Naga, Paling Akhir Bikin Ketar-ketir

5 Mitos Anjing dalam Masyarakat Jawa Kuno

1. Makhluk dengan loyalitas tinggi

Anjing dianggap sebagai simbol kesetiaan, seperti tergambar dalam bagian akhir Mahabharata. Alkisah, seusai perang Bharatayuda dan kematian Kresna, Drupadi dan para Pandawa mendaki Gunung Mahameru untuk menuju negeri para dewa.

Dalam perjalanan yang berat itu, seekor anjing muncul menemani mereka. Mereka sempat mengusirnya, tapi karena anjing itu tidak mau pergi, ia pun dibiarkan ikut.

Karena Drupadi lebih mencintai Arjuna daripada yang lain, dan keempat Pandawa menyimpan sifat takabur dalam hal tertentu, satu per satu mereka meninggal dalam perjalanan. Yang tersisa hanyalah Yudistira dan anjing tersebut.

Sesampainya di puncak Mahameru, mereka disambut Dewa Indra. Namun, Yudistira menolak masuk surga jika anjing yang setia menemaninya tidak diizinkan masuk.

Pada saat itulah, anjing tersebut kembali ke wujud aslinya, yakni Dewa Dharma, sang dewa keadilan. Jadi, tak hanya simbol kesetiaan, anjing juga dianggap pernah menjadi jelmaan dewa.

BACA JUGA:3 Mitos Goa Selomangleng, Konon Tempat Pertapaan Sekaligus Pemakaman Terbuka

Sumber: youtube asisi channel