Bedah Sejarah Candi Asu Magelang: dari Putri Raja yang Suka Seks Bebas hingga Dikutuk jadi Anjing

Bedah Sejarah Candi Asu Magelang: dari Putri Raja yang Suka Seks Bebas hingga Dikutuk jadi Anjing

candi asu--

RADAR TEGAL - Candi yang berada di Magelang ini memiliki nama yang sedikit unik. Dibalik keunikan namanya, Candi Asu Magelang memiliki sejarah yang patut untuk dikulik.

Mitos adanya Candi Asu Magelang ini bermula dari putri raja yang menyukai seks bebas hingga dikutuk jadi anjing. 

Namun sebenarnya bangunan ini menjadi bagian dari sejarah atau monumen dari kejelakan wanita. Meski begitu candi ini memiliki sejarah yang unik. Berbeda dari Candi Borobudur dan Candi Mendut yang dikenal sebagai candi Buddha, Candi Asu termasuk Candi Hindu. 

BACA JUGA:Mitos Goa Hawang di Maluku, Ada Batu Seorang Pemburu dan Anjing yang Dulunya Dikutuk Penunggu Goa?

Berdasarkan sejumlah literatur tertulis, Candi Asu didirikan pada abad ke-9. Buktinya dapat diketahui dari Prasasti Manggala II, Kurambitan I, dan Kurambitan II yang berangka tahun 880 Masehi. Versi lain menyebut bahwa candi ini dibangun pada tahun 869 Masehi.

Dengan kata lain, candi kecil ini merupakan candi peninggalan zaman kerajaan Mataram Kuno atau Mataram Hindu. Pada masa itu, Mataram dipimpin oleh Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala.

Selain Candi Asu, di desa Candi Pos juga terdapat Candi Pendem yang pengelolaannya dilakukan oleh pihak yang sama. Jarak antara Candi Asu dengan Candi Pendem sekitar 300 hingga 400 meter.

Bermula dari Putri Raja yang Menyukai Seks Bebas?

Menurut mitos yang beredar dan dipercaya oleh masyarakat, Candi Asu ini disebut-sebut sebagai simbol seorang putri seorang raja bernama Dewindani yang dikutuk menjadi anjing oleh dewa karena nafsu seksusalnya sangat besar.

Alkisah, Dewindani masih suka berhubungan intim dengan pria lain meskipun sudah memiliki suami. Lantaran tingkahnya yang menyerupai anjing itulah, putri yang konon cantik itu dikutuk menjadi seekor lembu namun dengan wajah seperti asu (anjing).

Selain itu candi ini merupakan tempat untuk pemujaan, dari beberapa prasasti yang ditemukan di sekitar candi tersebut, dapat diindentifikasi di antaranya Prasasti Sri Manggala I (angka tahun 874 M) dan Sri Manggala II (angka tahun 876 M) serta Prasasti Kurambitan.

Dari catatan pada prasasti tersebut dapat diperkirakan bahwa candi ini dibangun pada sekitar tahun 869 Masehi (semasa Rakai Kayuwangi dari Wangsa Sanjaya berkuasa). 

BACA JUGA:Mitos Warga Asli Lamongan Dilarang Makan Lele, Bisa Buat Kulit Jadi Belang-Belang?

Dalam prasasti-prasasti tersebut juga disebutkan bahwa Candi Asu Sengi merupakan tempat suci untuk melakukan pemujaan, baik pemujaan kepada arwah leluhur maupun para arwah raja-raja serta dewa-dewa.***

Sumber: