Ki Haryo Susilo, Dalang Muda Putra Ki Enthus Susmono Ternyata Sempat Fobia dengan Wayang
BERSAMA LUPIT SLENTENG - Ki Haryo Susilo bersama wayang golek Lupit dan Slenteng buatan tangan Ki Enthus Susmono di Sanggar Putra Satria Laras, Senin, 3 Februari 2025.-K Anam Syahmadani-Radar Tegal Grup
Namanya Pak Tholib. Ayahnya sendiri justru bertanya-tanya. “Ader (Memangnya) Haryo bisa?” ucap Haryo menirukan reaksi Ki Enthus yang dipanggilnya Abah, kala itu.
Seperti putra kiai yang lazimnya nyantri di kiai lain, Haryo belajar mendalang di dalang lain. Guru mendalang pertamanya adalah Ki Sunoto Kramat.
Ki Enthus rupanya memperhatikan. Karena memiliki standar tinggi, Ki Enthus kurang puas melihat perkembangan Haryo. Dia akhirnya turun tangan menggembleng putranya yang memasuki Kelas 10 SMA Negeri 1 Kota Tegal.
Fobia Wayang
Karena standar tinggi yang diterapkan Abahnya itu, Haryo merasa dalam tekanan. Itu dirasakannya tidak mudah.
Suatu ketika, dia bahkan sempat akan dipukul dengan menggunakan gamelan oleh Ki Enthus, karena tidak bisa menguasai materi yang diberikan dalam latihan.
Haryo saat itu melihat sosok menyeramkan dalam diri Ki Enthus. Peristiwa tersebut sangat membekas dalam benak Haryo dan membuatnya sempat mengalami fobia dengan wayang.
Tidak hanya itu, sampai menyebabkan hubungan dengan Abahnya renggang.
“Waktu itu saya sempat tidak berkomunikasi dengan Abah, tidak meminta uang,” tutur suami dari Rachmatia Ayu Pratiwi mengenang masa lalunya.
Untungnya, konflik tersebut bisa didamaikan Endang Supadmi, Guru Seni Budaya SMA Negeri 1 Kota Tegal. Karena fobia dengan wayang, Haryo mencurahkan bakat keseniannya di Teater Q asuhan Rudi Iteng.
Selain itu, di Grup Musik Etnik Kontemporer Lincak Perkusi di bawah komando Sutradara Film Turah Wicaksono Wisnu Legowo, dan menjadi pemusik di Teater RSPD arahan Yono Daryono.
Selepas SMA, Haryo melanjutkan pendidikannya di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Saat akan mendaftar, pertentangan tidak terelakkan antara Haryo dan Ki Enthus, karena bukannya Jurusan Seni Pedalangan, Haryo justru memilih Jurusan Psikologi.
Di UMS, dia bergabung dengan Teater Lugu Unit Kegiatan Mahasiswa Psikologi.
Buka Warteg dan Kerja di Pertamina
Setelah lulus kuliah dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,78, Haryo membuka usaha warteg di Solo. Namun, hanya bertahan enam bulan.
Diam-diam, Haryo mendaftar di Pertamina dan diterima di salah satu vendornya. Singkat cerita, dia diminta resign dari pekerjaannya oleh Ki Enthus yang saat itu mencalonkan diri dalam Pemilihan Bupati Tegal.
Haryo diberi mandat untuk mengurus manajemen Satria Laras dan mendapatkan gaji dari Ki Enthus. Pekerjaan ini sekaligus mengantarkan Haryo berjumpa dengan dalang-dalang sahabat Ki Enthus di Solo dan Sragen, salah satunya almarhum Ki Manteb Sudarsono.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


