Mengenal Suku Dayak Kalimantan, Belanda Menyebutnya sebagai Pasukan Hantu

Jumat 21-07-2023,12:13 WIB
Reporter : Afiyah Rizqi Haryani
Editor : Afiyah Rizqi Haryani

TEGAL, RADARTEGAL.DISWAY.ID - Orang-orang Suku Dayak menjadi penghuni terlama di Borneo, Kalimantan. Mereka sudah ada sejak pra-kolonialisme, munculnya kerajaan, masa kolonialisme Belanda, hingga di masa saat ini. 

Melansir dari kanal youtube Daftar Populer, berikut sederet informasi terkait Suku Dayak

Sejarah Suku Dayak, Kalimantan 

Seiring masuknya bangsa Melayu, Suku Dayak menolak menganut kepercayaan yang dipegang kerajaan dan kesultanan Melayu. Keteguhan ini yang membuat mereka perlahan berpindah ke ketinggian. 

BACA JUGA:Suku Osing dengan Berbagai Kesenian dan Tradisi Uniknya, Ada yang Mirip Kesenian di Bali!

Kemudian bangsa Melayu atau pihak kesultanan menyebut mereka Dayak. Nama itu berarti orang di atas. 

Hal ini sama dengan penyebutan Toraja di Sulawesi Selatan yang berarti orang-orang yang ada di atas. Arti ini menjelaskan tempat bermukim mereka. 

Bima Satria Putra dalam buku Dayak Merdeka: Sejarah Mayarakat Tanpa Negara di Pedalaman Kalimantan mengartikan Dayak adalah orang-orang liar.  Kolonial Belanda yang masuk belakangan menyebut mereka sebagai Dayak untuk mengidentifikasi mereka yang di pedalaman dianggap tidak beradab. 

Pada tahun 1980, orang Dayak masih kukuh menolak memercayai agama yang diakui pemerintah. Akhirnya, negara mengkategorikan kepercayaan mereka ke dalam agama Hindu. Lebih tepatnya Hindu Kaharingan.  

Apa itu kepercayaan Kaharingan?

Sebenarnya Kaharingan dan Hindu merupakan dua kepercayaan yang berbeda. Tetapi, hal ini dilakukann demi kepentingan administrasi Negara dan kependudukan.

Sampai saat ini, penganut Kaharingan masih berjuang untuk mendapat pengakuan sebagai kepercayaan sendiri yang terpisah dari Hindu. Kepercayaan ini dikategorikan sebagai Hindu karena Hindu menjadi agama terlama di Kalimantan. 

Pada masa pendudukan Jepang, Kaharingan diusulkan menjadi nama dalam menyebut kepercayaan orang Dayak. Lambat laun, kepercayaan ini memiliki kitab bernama Panaturan dan tempat beribadahnya disebut Balai Besar. 

Kepercayaan ini mengajarkan kerukunan hidup antar manusia, menghormati arwah leluhur, dan manusia dan alam semesta yang tidak bisa dipisahkan. Orang Dayak percaya bahwa menjaga alam adalah menjaga kehidupan. 

Dayak adalah sebutan dari penguasa untuk mengkategorikan mereka di pedalaman. Padahal, jumlah mereka sangatlah berbeda dan memiliki hukum adat yang berbeda-beda. 

Kategori :