Jadi Salah Satu Ritual Tolak Bala, Ini Cerita Mistis Tradisi Ruwatan di Kabupaten Tegal

Jadi Salah Satu Ritual Tolak Bala, Ini Cerita Mistis Tradisi Ruwatan di Kabupaten Tegal

KARNAVAL - Tradisi ruwatan di Kabupaten Tegal adalah cermin dari kedalaman spiritualitas masyarakatnya.-Aditya Saputra/Radar Tegal Group-

radartegal.com - Di tengah keseharian yang penuh dengan rutinitas, ada sebuah tradisi ruwatan yang masih dipegang erat masyarakat di Kabupaten Tegal, utamannya di Desa Guci dan Pekandangan. Tradisi tersebut masih terus dilestarikan hingga saat ini.  

Ritual tradisi ruwatan di Kabupaten Tegal ini tidak hanya menjadi penanda ikatan spiritual yang dalam, tetapi juga sebuah cara masyarakat lokal untuk menghadapi tantangan hidup. 

Mereka percaya bahwa tradisi ruwatan di Kabupaten Tegal adalah cara untuk menolak bala atau malapetaka, sekaligus menjadi momen untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan.

Berikut ini kami telah merangkum apa yang di maksud tradisi ruwatan di Kabupaten Tegal ini yang kami kutip dari jurnal dari UNNES dan beberapa sumber lainnya. Simak ulasan lebih lanjut berikut ini.

BACA JUGA: Rudat Sindang dan Topeng Endel, 2 Tari Tradisional Khas Tegal yang Hampir Punah

BACA JUGA: Sejumlah Desa Satu Kecamatan di Brebes Kenalkan Jajanan Tradisional di Momen HUT ke-79 Kemerdekaan RI

Asal Usul dan Makna Ruwatan

Ruwatan berasal dari kata "ruwat" yang berarti "melepaskan" atau "membebaskan". Makna ini sangat jelas terlihat dalam filosofi ruwatan itu sendiri, yang bertujuan untuk menghilangkan segala pengaruh buruk atau kutukan yang bisa mendatangkan kesialan dalam hidup seseorang atau komunitas.

Bagi masyarakat Jawa, ruwatan memiliki kaitan erat dengan dunia pewayangan, terutama dengan tokoh Batara Kala, yang dianggap sebagai simbol ancaman.

Di cerita pewayangan, Batara Kala sering muncul sebagai sosok yang harus dihadapi dan dikendalikan, sehingga ruwatan dianggap sebagai upaya untuk "mengalahkan" atau "menjinakkan" ancaman tersebut.

Ruwatan dipercaya memiliki kemampuan untuk melindungi seseorang dari kekuatan jahat atau gaib yang bisa mengganggu hidup. Filosofi ini telah menjadi pegangan turun-temurun, menjadi warisan budaya yang tidak hanya sakral tapi juga sarat makna.

BACA JUGA: Mencicipi Manisan Cermai Guci Tegal, Sejarah dan Proses Pembuatannya yang Masih Tradisional

BACA JUGA: Tradisi Rebo Wekasan di Tegal, Dipercaya Dapat Menolak Bala

Proses Pelaksanaan Ruwatan

Di Kabupaten Tegal, ruwatan biasanya diadakan setiap tahun, terutama pada bulan Muharram, bulan yang dianggap sakral oleh masyarakat Jawa. Ritual ini terdiri dari beberapa tahapan yang memiliki simbolisme dan makna yang mendalam.

Dzikir Bersama

Sumber: