Mitos Naga dalam Mitologi Jawa Kuno, Salah Satunya Terkait Fenomena Alam

Mitos Naga dalam Mitologi Jawa Kuno, Salah Satunya Terkait Fenomena Alam

mitos naga menurut mitologi jawa kuno--

Dalam cerita Mahabharata atau pandangan bangsa Indonesia sebelum zaman Hindu, naga atau ular selalu berhubungan dengan air, sedangkan air mutlak diperlukan sebagai sarana pertanian.

Mitos naga dalam mitologi Jawa menjadi simbol kesuburan/keberkahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa konsep artefak yang berbentuk naga, selalu ditujukan untuk meminta keberkahan atau kesuburan.

Kepercayaan Sang Hyang Antaboga sebagai naga 

Pemahaman dan kepercayaan tentang eksistensi Sang Hyang Antaboga sebagai makhluk mitologi, dipercaya oleh para penganut mitologi Jawa dan Bali yang disebut sebagai spiritual kejawen.

BACA JUGA: 5 Mitos tentang Rambut yang Salah Kaprah Tapi Masih Dipercaya sampai Sekarang

BACA JUGA: 6 Mitos Kuno Gerhana Matahari di Beberapa Negara, Sampai Harus Memecahkan Barang-barang Keras?

Bagi masyarakat adat di Jawa dan Bali, makhluk mitologi Antaboga telah menjadi mitos yang diturunkan dari generasi ke generasi dengan kisah yang sama, yang diambil dari kisah pewayangan.

Dalam versi Jawa dan Bali, Sang Hyang Antaboga merupakan makhluk mitologi yang berwujud naga dan memiliki sejumlah kekuatan, salah satunya yaitu menghidupkan kembali jasad yang telah mati.

Pengambaran Naga Jawa

Naga Jawa mirip dengan naga yang berasal China, tapi tanpa kaki dan menggunakan mahkota.

BACA JUGA: 7 Manfaat Mitos Tirakat Melek Bengi yang Bisa Anda Lakukan di Rumah, Salah Satunya Ada Teman Khodam Pendamping

BACA JUGA: Arti Mitos Bunyi Tokek, dari Suara Pertama hingga ke-15 Punya Arti yang Berbeda-beda

Karena naga dalam mitologi Jawa merupakan pengaruh kultur Hindu-Buddha yang waktu itu masih dominan di Jawa. Keyakinan tentang naga inipun hampir sama, yaitu hewan pelindung.

Hingga sekarang naga dalam mitologi Jawa menjadi mitos yang masih dipercaya masyarakat Pulau Jawa, sehingga tradisi pewayangan dengan menggunakan wujud naga menjadi eksitensi tersendiri yang mudah diterima masyarakat.

Sumber: