Akulturasi Budaya dan Agama, Mengenal Tradisi Bada Kupat di Berbagai Daerah Jawa Tengah

Akulturasi Budaya dan Agama, Mengenal Tradisi Bada Kupat di Berbagai Daerah Jawa Tengah

TRADISI- Mengenal Sejarah Bada Kupat di Berbagai Daerah Jawa--

2. Bada Kupat di Kendal

Masyarakat Kendal akan merayakan lebaran ketupat pada tanggal 8 Syawal setiap tahun. Mereka akan bebondong-bondong datang ke Pasar untuk membeli bahan ketupat.

Setiap rumah pasti menyediakan ketupat, masyarakat Kendal biasa mengawali tradisi Syawalan dengan mengunjungi atau menziarahi makam ulama maupun tokoh agama. Ketika sudah sampai di makam, masyarakat akan melakukan ritual keagamaan dan berdoa bersama.

Salah satu tradisi dan budaya Islam Jawa yang masih lestari hingga sekarang adalah penghormatan kepada makam-makam suci. Setelah berdoa bersama dilanjutkan dengan makan bersama dengan menu utama ketupat.

BACA JUGA: Serba-serbi Tradisi Mudik di Indonesia dan Berbagai Negara Lain, Bukan Sekadar Perjalanan Pulang

3. Bada Kupat di Pekalongan

Masyarakat Desa Krapyak Pekalongan Utara memperingati Syawalan dengan membuat lopis raksasa, lapis tersebut memiliki tinggi 2 meter dengan diameter 150 cm. Tradisi ini sudah ada sejak 1885 masehi dan yang pertama menggelar adalah KH Abdullah Sirodj, keturunan dari Kiai Bahu Rekso.

Tradisi Bada Kupat tersebut sebagai wujud kerukunan sesama muslim juga sebagai media syiar agama islam. Masyarakat akan berdesakan untuk berebut potongan lopis raksasa.

Setiap tahun kue lopis akan semakin besar menyesuaikan banyaknya warga yang ikut terlibat. Tradisi ini sangat unik dan ada hingga sekarang sebagai akulturasi budaya dan agama.

4. Bada Kupat di Jepara

Masyarakat Jepara biasa menyebut tradisi lebaran ketupat dengan sebutan lomban. Tradisi lomban dimulai dari kawasan pelelangan ikan, ujung batu, dan jepara. 

Masyarakat Jepara akan menyediakan sesaji berupa satu kepala kerbau yang dihiasi pernak-pernik makanan dan sayuran. Kemudian sesaji tersebut akan didoakan bersama yang dipimpim oleh seorang kiai.

Setelah didoakan, sesaji diletakan diatas kapal kecil dan kemudian dilarung di tengah laut. Sesaji yang sudah tersebar di laut akan jadi rebutan para nelayan dan warga sekitar. 

Tradisi Bada Kupat ini dilakukan sebagai bentuk syukur atas perlindungan dan berkat yang diterima masyarakat Jepara selama satu tahun. Selain itu juga bertujuan untuk memohon perlindungan dan rezeki melimpah untuk satu tahun mendatang.

Demikian tadi ulasan mengenai tradisi Bada Kupat di berbagai daerah Jawa Tengah yang masih lestari hingga saat ini. Semoga informasi tersebut dapat menambah pengetahuan Anda. (*)

Sumber: