Mengenal Tempat Bersejarah di Tegal, Cocok Buat Healing Sambil Ngabuburit

Mengenal Tempat Bersejarah di Tegal, Cocok Buat Healing Sambil Ngabuburit

--

Versi pertama adalah gili tugel sebagai jalan yang terputus, jalan yang terputus adalah yang mengarah ke pendopo bupati (saat ini wali kota) Jalan yang terputus itu jika ke selatan ada Jalan AR Hakim, ke barat ada Jalan Jenderal Sudirman, dan ke utara ada Jalan Pangeran Diponegoro, Seharusnya, ada jalan yang mengarah ke timur atau ke pendopo, namun menjadi terputus.

Sehingga jalan tersebut hanya berbentuk persimpangan yakni mengarah ke utara, selatan, dan barat.

8. Masjid Agung Kota Tegal

Masjid Agung Kota Tegal, dibangun antara tahun 1825 – 1830 oleh K. H. Abdul Aziz disebut sebagai saksi perang Diponegoro dikarenakan pembangunannya terjadi pada masa perlawanan yang dilakukan oleh Pengeran Diponegoro dalam membela kebenaran. K.H. Abdul Aziz, pendiri masjid ini, adalah seorang ulama dan penghulu pertama di kota Tegal.

BACA JUGA: Menyusuri Jejak Sejarah Misteri Bekas Pabrik Tekstil Tegal di Desa Mejasem

tahun 1953-1954, Masjid Agung yang terletak di sebelah barat alun-alun kota Tegal ini pun direnovasi kembali. Bahkan, renovasi dan perombakan kala itu dilakukan secara besar-besaran. Serambi depan masjid diperluas ke arah depan sehingga menyatu dengan KUA.

Untuk memenuhi kebutuhan jamaah akan air wudhu maka pada tahun 1970 tempat wudhu sebelah kanan masjid diperbaiki. Kemudian, agar bangunan masjid kelihatan modem maka pada tahun 1985 bagian atap masjid dirombak dan diganti dengan atap tumpang, seperti yang tampak sekarang ini.

Meskipun atapnya telah dirombak, namun bila masjid ini kita lihat dari arah belakang maka gaya arsitektur yang modem tersebut tidak akan terlihat karena hingga sekarang bagian belakang masjid ini belum pernah direnovasi masih tampak kekunoannya. Letak Masjid Agung ini memang tidak jauh dari pendopo Wali KotaTegal, tepatnya kurang lebih 150 meter ke arah barat laut dari pendopo, dan panggilan azannya dikumandangkan melalui pengeras suara yang diletakkan di puncak menara masjid.

BACA JUGA: Misteri Sejarah dan Keunikan Masjid Agung Tegal, Saksi Bisu Perang Diponegoro yang Mengagumkan

8. Kelenteng Tek Hay Kiong

Kelenteng Tek Hay Kiong awalnya dibangun oleh kapitan pertama di Tegal bernama Souw Pek Gwan. Pada tahun 1837, kelenteng ini mengalami restorasi besar-besaran dan berubah nama menjadi Kelenteng Tek Hay Kiong, Nama Tek Hay Kiong diambil dari nama kapten keenam Kota Tegal, yaitu Tan Koen Hway.

Kelenteng tersebut beralamat di Kawasan Pecinan atau Jalan Gurami Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal. Usianya kini sudah 2,5 abad atau 262 tahun.

Kelenteng Tek Hay Kiong dari masa ke masa selalu menjadi pusat segala kegiatan bagi warga keturunan Tionghoa di Tegal. Tidak hanya berfungsi sebagai tempat peribadatan, termasuk tempat untuk menyalurkan kegiatan sosial dan berinteraksi, dan sejak dulu warga dan semua organisasi masyarakat Tionghoa selalu dipusatkan dan terkoordinir di kelenteng.

9. Gedung Birao Tegal

Tegal ini menjadi bukti atau saksi sejarah transportasi kereta api di Jawa, sekaligus merupakan peninggalan arsitektur kolonial Hindia Belanda. Bisa dikatakan bahwa Gedung Birao merupakan salah satu situs peninggalan Belanda yang paling terkenal di Tegal.

BACA JUGA: Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal Sudah Ada Sejak Abad 19, Ada Hubungannya dengan Perang Cina Usir VOC

Berdiri pada tahun 1884, bangunan ini awalnya berfungsi sebagai kantor administratif perusahaan kereta api Belanda. Namun, selama masa pendudukan Jepang, bangunan ini beralih fungsi menjadi penjara dan rumah sakit militer.

Sumber: