3 Fakta Menarik Candi Morangan, Bukti Kaum Ilmuwan Elit Jawa Kuno

3 Fakta Menarik Candi Morangan, Bukti Kaum Ilmuwan Elit Jawa Kuno

Relief di Candi Morangan berupa Potret Cendekiawan Jawa Kuno Membawa Lontar Pustaka dan Bunga Teratai--sseratan.blogspot.com

RADAR TEGAL - Kaum cendekiawan sudah ada sejak zaman Jawa Kuno dan tempat berguru mereka biasanya disebut sebagai kadewaguruan. Salah satu bukti keberadaan ilmuwan elit tersebut ada di Candi Morangan

Candi Morangan berada di pinggir Kali Gendol yang berhulu di lereng Merapi. Candi bercorak Hindu ini terdiri dari satu candi induk dan satu candi pewara, yang menghadap ke timur. 

BACA JUGA:Relief Penuh Dualisme, Inilah 3 Kisah Magis Era Akhir Majapahit di Candi Surowono

Candi Morangan memiliki satu relief menarik yang menampilkan sekelompok pertapa membawa pustaka lontar yang diikat. Barangkali juga, relief tersebut sebagai potret tertua cendekiawan di Nusantara.

Pada kesempatan kali ini, radartegal.disway.id akan mengajak Anda untuk mengenal salah satu candi yang terkenal di Indonesia, tepatnya di tanah Jawa. Melansir dari kanal youtube ASISI Channel berikut informasi mengenai 3 fakta menarik Candi Morangan yang menjadi bukti keberadaan kaum cendekiawan Jawa Kuno. 

BACA JUGA:3 Fakta Menarik Candi Mantup, Candi Romantis Saksi Pernikahan Para Dewa

3 Fakta menarik Candi Morangan

1. Relief potret cendekiawan Jawa Kuno

Dari total enam relief di candi ini, relief keempat berupa tiga orang resi yang membawa lontar pustaka dan bunga teratai. Relief ini menyiratkan bahwa kitab-kitab berbahan lontar sudah diproduksi dan menjadi bacaan sejak abad 9 M. 

Meski karya sastra tertua dari Kerajaan Medang yang ada saat ini, yakni Kitab Sang Hyang Kamahayanikan yang bernuansa Buddhis, diperkirakan berasal dari abad 10 M, tepatnya ketika pusat kekuasaan Medang telah pindah ke Jawa Timur. 

BACA JUGA:Konon Kota Kuno yang Hilang, Ini 4 Fakta Menarik Candi Tondowongso

2. Tempat pemujaan para Brahmana

Uniknya, di kompleks Morangan, selain arca dewata, tidak ada sosok raja atau bangsawan berbusana mewah, melainkan bertaburan sosok kaum agamawan dengan pakaian sederhana. 

Salah satu relief menampilkan gajah hias yang biasanya ditunggangi raja pun justru ditunganggi oleh dua pertapa. Padahal, gajah dulunya hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu sebagai simbol kemegahan dan kehormatan kerajaan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: youtube asisi channel