2 Tujuan Keberadaan Hantu Jawa Kuno dalam Demonologi Nusantara

2 Tujuan Keberadaan Hantu Jawa Kuno dalam Demonologi Nusantara

Ilustrasi Hantu sebagai Ketakutan akan Kemalangan Wabah Penyakit--jernih.co

RADAR TEGAL - Ketertarikan pada hantu atau makhluk halus adalah budaya tertua Nusantara. Ternyata, ada juga tujuan keberadaan hantu Jawa Kuno bagi masyarakat zaman dulu. 

Keberadaan hantu Jawa Kuno ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu Hyang dan pepunden. Hyang adalah roh penunggu dan arwah leluhur yang dipuja mereka, sedangkan pepunden adalah roh penjaga unit-unit dalam masyarakat seperti keluarga, desa, kota, hingga negara.

BACA JUGA:5 Makhluk Mitologi Indonesia: dari Manusia Setengah Harimau Sampai Makhluk Besar Bersayap

Relief Candi Sukuh di Karanganyar juga memahat keberadaan hantu Jawa Kuno yang jenisnya disebutkan dalam Kakawin Sena. Di masa akhir era klasik, akhir abad 15 M hingga awal abad 16 M, sosok hantu eksis dalam berbagai karya sastra, terutama genre babad. 

Pada kesempatan kali ini, radartegal.disway.id akan mengajak Anda untuk mengenal mitos hantu yang terkenal di Indonesia, tepatnya di tanah Jawa. Melansir dari kanal youtube ASISI Channel berikut informasi mengenai 2 tujuan keberadaan hantu Jawa Kuno.

BACA JUGA:Demonologi Nusantara Lebih Seram dan Bahaya, Inilah 5 Fakta Hantu Jawa Kuno

2 Tujuan keberadaan hantu Jawa Kuno

1. Legitimasi keputusan raja zaman dulu

Di masa keemasan Jawa Kuno, konsep perhantuan ini rupanya turut melegitimasi keputusan sang raja. Menurut arkeolog, legitimasi ditunjukkan pada bagian sapatha atau kutukan dalam prasasti. 

Bagian tersebut mengandung seruan kepada makhluk-makhluk halus, penguasa arah mata angin, arwah leluhur, dan sebagainya, agar memberi hukuman bagi para pelanggar isi prasasti.

BACA JUGA:3 Pandangan Jawa terhadap Naga, Paling Akhir Bikin Ketar-ketir

Salah satunya, Prasasti Poh Dulur (890 M) terbitan Maharaja Rake Limus dari Kerajaan Medang, yang di bagian sapatha atau kutukannya, memanggil naga bersama makhluk-makhluk seram lainnya seperti buta, yaksa, pisaca, dan preta.

Dalam pandangan ini, hantu yang menempati dunia bawah dipandang sebagai penyeimbang bagi dewa yang menempati dunia atas. 

2. Personifikasi kemalangan

Sumber: youtube asisi channel