Ajaib, Mayat di Desa Ini Tidak Berbau Busuk Meskipun Tak Dikubur

Ajaib, Mayat di Desa Ini Tidak Berbau Busuk Meskipun Tak Dikubur

Misteri Desa Trunyan di Bali-1001 Indonesia-

RADAR TEGAL    Misteri Desa Trunyan merupakan salah satu misteri yang mengguncang wilayah Bali, Indonesia.

Terletak di tepi Danau Batur, Desa Trunyan telah menarik perhatian banyak wisatawan dan para peneliti selama bertahun-tahun.

Misteri Desa Trunyan mencuri perhatian dunia ketika para wisatawan mengetahui tentang praktik pemakaman yang tidak biasa.

Masyarakat Trunyan meletakkan jenzah di atas tanah, di bawah cangkang pohon besar bernama Taru Menyan, yang memberikan aroma wangi yang khas.

Misteri Desa Trunyan juga dikaitkan dengan ritual-ritual adat lainnya yang terus dilestarikan oleh penduduk setempat.

Upacara adat dan kepercayaan tradisional di Desa Trunyan memperlihatkan sisi spiritual dan kultural yang kaya, yang masih terjaga dengan kuat hingga saat ini.

Berikut adalah informasi mengenai misteri Desa Trunyan yang dilansir dari kanal YouTube Herzi Nata oleh Radar Tegal. 

BACA JUGA:Bikin Bulu Kuduk Berdiri! Ini 3 Fakta Seram dari Desa Trunyan Bali

Fakta dan misteri menarik Desa Trunyan

Di sisi Timur Danau Batur, Kabupaten Bangli, Bali, terdapat sebuah Desa yang dikenal dengan nama Desa Trunyan, yang terkenal karena tradisi pemakaman yang unik.

Ketika mengunjungi tempat ini, pengunjung akan melihat deretan tengkorak dan tulang belulang manusia.

Desa Trunyan terkenal sebagai kuburan dengan tradisi penguburan yang tidak lazim, di mana mayat-mayat diletakkan begitu saja tanpa proses penguburan biasa.

Meskipun pemandangan ini menakutkan bagi banyak orang, tradisi ini menjadi ciri khas Desa Trunyan yang paling terkenal dan dikenal di seluruh penjuru.

Sejarah Desa Trunyan

Dikisahkan bahwa nama desa ini berasal dari pohon taru menyan, yang artinya "kayu wangi".

Pohon taru menyan tumbuh subur di desa ini dan diyakini telah ada selama sekitar 11 abad dan terus berkembang dengan baik.

Mitosnya, wangi harum dari pohon taru bahkan bisa tercium hingga ke wilayah Pulau Jawa bagian tengah.

Empat bersaudara dari Keraton Surakarta, tiga laki-laki dan satu perempuan, terpesona oleh wangi tersebut dan berusaha mencari sumbernya.

Akhirnya, kakak sulung menemukan tempat tersebut dan jatuh cinta pada Dewi penunggu pohon taru.

Ia menikah dengan Dewi tersebut dan di tempat itulah berdiri sebuah kerajaan kecil. Sang raja kemudian memerintahkan warganya untuk meletakkan mayat di bawah pohon taru untuk melindungi wangi harumnya.

Dengan cara ini, bau busuk dari mayat bisa tertutupi dan tidak tercium oleh orang di luar desa.

Pohon tersebutlah yang membuat mayat-mayat yang diletakkan di bawahnya tetap tidak menimbulkan bau busuk meskipun telah lama meninggal.

BACA JUGA:Dijaga Ular Hitam Putih, Ini 6 Fakta Menarik Pura Tanah Lot di Bali, yang Punya Pasangan Dilarang Datang!

Tradisi Desa Trunyan

Kuburan Trunyan adalah nama asli tempat ini. Di kawasan Kintamani, pengunjung dapat menemukan Desa Trunyan yang mistis, salah satu desa tertua di Pulau Dewata dengan berbagai tradisi unik dan misteri mistis yang menyelimutinya.

Tempat ini dianggap sebagai salah satu tempat wisata horor terbaik di Bali bahkan di Indonesia.

Pengunjung tidak hanya mendengar cerita-cerita mistis, tetapi juga akan melihat secara nyata tumpukan mayat-mayat yang diletakkan di atas tanah tanpa penguburan biasa.

Yang mengejutkan, mayat-mayat ini tidak menimbulkan bau busuk karena baunya telah diserap oleh pohon taru sesuai dengan tradisi yang ada.

Mayat yang baru meninggal akan dimakamkan di salah satu makam berupa pagar anyaman bambu yang ditancapkan ke tanah, yang disebut "acak".

Syarat pemakaman di kuburan Trunyan

Meskipun disebut "pemakaman", namun tidak semua orang bisa mendapatkan tempat atau disemayamkan di sini karena terbatasnya ruang makam yang hanya ada 11 untuk 11 jenazah.

Oleh karena itu, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi jika ingin disemayamkan di tempat ini. Syarat-syarat ini terbagi menjadi tiga kategori makam sesuai dengan cara meninggalnya jenazah.

Pertama, ada tempat pemakaman khusus bayi dan anak-anak yang disebut "Sema Nguda".

Kedua, ada tempat pemakaman untuk orang dewasa yang meninggal secara wajar, yang disebut "Sema Wayah".

Terakhir, ada tempat khusus untuk mereka yang meninggal dalam keadaan tidak biasa, misalnya karena kecelakaan, yang disebut “Sema Bantas”.

BACA JUGA:Ditolak Masyarakat Bali, Ini yang Akan Terjadi Jika Pulau Jawa dan Bali Dibangun Jembatan Penghubung

Cara menuju Desa Trunyan

Bagi wisatawan yang ingin menguji nyali di kuburan Trunyan, caranya cukup mudah dan aksesnya sangat terbuka bagi para wisatawan.

Wisatawan cukup menyewa perahu dari dermaga Desa Trunyan di tepi Danau Batur, Kintamani, Bali.

Perjalanan menuju kuburan Trunyan hanya memakan waktu sekitar 30 menit dengan biaya sekitar Rp100.000.

Misteri Desa Trunyan ini menjadi daya tarik yang memikat, menggugah rasa ingin tahu, dan menyimpan cerita tak terlupakan dari kebudayaan Bali yang kaya.***

Sumber: herzi nata