Ternyata Ini Alasan Mengapa Kuliner di Jawa Tengah dan Yogyakarta Cenderung Manis
Ilustrasi kuliner Jawa Tengah dan Yogyakarta cenderung manis-Kissparry-
RADAR TEGAL – Kuliner Jawa Tengah dan Yogyakarta yang cenderung manis merupakan salah satu aspek yang mencirikan kekayaan budaya kuliner di wilayah ini.
Tapi, darimana sebenarnya kegemaran akan cita rasa manis ini berasal? Kenapa masyarakat di Jawa Tengah dan Yogyakarta, suka kuliner manis? Ternyata ada alasan khusus mengapa kuliner Jawa Tengah dan Yogyakarta cenderung manis, loh.
Faktanya, kuliner Jawa Tengah dan Yogyakarta cenderung manis bukan hanya sekadar kebetulan, melainkan ada fakta sejarah menarik di balik cita rasa khas masakan provinsi ini.
Berikut adalah penjelasan mengapa kuliner Jawa Tengah dan Yogyakarta cenderung manis yang dilansir dari kanal YouTube "Kok Bisa?" oleh Radar Tegal.
BACA JUGA:Terkenal Enak, Ini 7 Kuliner Legendaris di Tegal
Kegemaran akan gula dan rasa manis dalam masakan Jawa Tengah dan Yogyakarta
Dalam kisah Ramayana, ternyata Rama tidak hanya makan masakan manis. Jika kita beralih ke teks-teks Jawa kuno, popularitas rasa manis ini juga belum begitu mencuat.
Memang dalam ajaran Hindu, rasa manis harus ada dalam setiap masakan, namun rasa ini juga harus dilengkapi dengan lima rasa lainnya untuk menciptakan keseimbangan yang harmonis.
Kalau begitu, darimana datangnya rasa manis yang menonjol dari masakan Jawa Tengah sekarang? Mungkin kita berpikir bahwa kegemaran ini bisa dilacak sampai ke Jawa kuno, tapi ternyata baru muncul di zaman penjajahan Belanda.
BACA JUGA:Kenapa Makanan Ini Bernama Lengko? Kuliner Khas Cirebon yang Kaya akan Protein namun Rendah Kalori
Saat itu, melawan dua pasukan tentara di lokasi yang berbeda menguras habis kantong kas kolonial Hindia-Belanda. Jadi, untuk mencari uang, seorang Gubernur Jenderal memaksa menerapkan sistem tanam paksa. Ladang rempah dan padi diubah untuk menanam hasil tani ekspor yang laku di Eropa.
Hampir seluruh sawah di Jawa Tengah dipaksa untuk menanam tebu. Sebabnya, bertahun-tahun rakyat mengalami kelaparan karena kehilangan makanan pokoknya, nasi.
Sehingga mereka harus bertahan hidup dengan menggunakan air perasan tebu untuk memasak. Inilah mengapa warga Jawa Tengah lebih terbiasa dan gemar akan rasa manis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: kok bisa?