Warga Keluhkan Pencemaran Udara dari Asap Produksi Tahu di Tegal, DLH: Solusinya Konversi Bahan Bakar

Warga Keluhkan Pencemaran Udara dari Asap Produksi Tahu di Tegal, DLH: Solusinya Konversi Bahan Bakar

Tim DLH Kabupaten Tegal saat melakukan inspeksi di salah satu dapur produksi tahu di Desa Harjosari Lor, Kecamatan Adiwerna.-Yeri Noveli-

BACA JUGA:Universal Health Coverage (UHC) 96 Persen Ditargetkan Terealisasi di Kabupaten Brebes Desember 2022

Terkait regulasi, menurut Khaerudin, menjalankan usaha produksi tahu di tengah lingkungan permukiman padat penduduk berdasarkan ketentuan rencana tata ruang tidak diperkenankan.

Namun demikian, usaha tersebut sudah menjadi bagian dari mata pencaharian sebagian warga sejak dulu.

Meski demikian, pihaknya menyampaikan selama masyarakat tidak merasa terganggu, hal tersebut belum menjadi permasalahan yang mendesak.

Ia pun mengimbau agar setiap pemilik usaha, termasuk UMKM harus tetap memperhatikan aspek perlindungan lingkungan hidup dan aspek sosial.

BACA JUGA:Hari Guru Nasional 2022 dan HUT ke-77, PGRI Kota Tegal Lakukan Ini

“Sebaiknya mereka, pemilik usaha ini juga punya legalitas dan mematuhi ketentuan tata ruang serta tidak menyebabkan pencemaran lingkungan,” ungkap Khaerudin.

Setiap usaha yang berpotensi menimbulkan pencemaran atau kerusakan lingkungan dari aktivitasnya, maka wajib memiliki izin usaha dengan catatan-catatan untuk meminimalisir terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup.

Sementara itu, Pengawas Lingkungan Hidup DLH Kabupaten Tegal Dian Arryadi mengatakan, dampak dari pencemaran udara akibat pembakaran bahan padat seperti kain perca ini dapat membahayakan sistem pernafasan. 

Terlebih terdapat kandungan partikel debu yang terbawa dari asap sisa pembakaran yang tidak sempurna.

BACA JUGA:Bunda Harus Ingat! Ini Daftar 73 Obat Sirup dari 3 Perusahaan Farmasi yang Tidak Boleh Digunakan

“Jika itu terhirup oleh manusia bisa berbahaya bagi paru-paru. Apalagi para pekerjanya dapat bersifat kronis yang dampaknya bagi kesehatan dapat dirasakan jauh hari nanti. Tidak terasa memang untuk saat sekarang,” kata Dian.

Adapun solusi yang terbaik, lanjut Dian, adalah mengonversi penggunaan bahan bakar padat seperti kain perca, kayu, ataupun sekam dengan gas.

Termasuk memanfaatkan biogas yang dapatkan dari hasil pengolahan limbah tahu untuk menghemat ongkos produksi, sekaligus mengurangi polusi yang dihasilkan. *

Sumber: