Bukan Ibu Tjipto, Ini Pabrik Jamu Pertama di Tegal Sudah Ada dari Tahun 1957

Bukan Ibu Tjipto, Ini Pabrik Jamu Pertama di Tegal Sudah Ada dari Tahun 1957

JAMU GENDONG - Berdiri pada tahun 1957, pabrik jamu pertama di Tegal ini menjadi pionir dalam industri jamu di daerah tersebut sebelum hadirnya pesaing lain seperti Jamu Tjipto. -(ilustrasi KASKUS)-

TEGAL, radartegal.id - UD Tiga Wanita Nyonya Girang adalah salah satu pabrik jamu pertama di Tegal yang legendaris yang memiliki sejarah panjang dan penuh liku. 

Berdiri pada tahun 1957, pabrik jamu pertama di Tegal ini menjadi pionir dalam industri jamu di daerah tersebut sebelum hadirnya pesaing lain seperti Jamu Tjipto. 

Namun, seperti banyak bisnis tradisional lainnya, perjalanan UD Tiga Wanita Nyonya Girang tidak selalu mulus. Lalu bagaimana perjalanan perusahaan ini?

Berikut ini kami telah merangkum sejarah singkat pabrik jamu pertama di Tegal ini yang kami kutip dari jurnal dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

BACA JUGA: Pasar Alun-alun Tegal, Landmark Kota yang Sudah Ada Sejak Zaman Raja Mataram

BACA JUGA: Sejarah Afdeelings Bank, Cikal Bakal Bangunan Bank BRI Tegal yang Sudah Ada Sejak Pemerintah Hindia Belanda

Awal Berdiri Perusahaan 

UD Tiga Wanita Nyonya Girang didirikan oleh Pak Kustandi pada tahun 1957, sekarang kantornya yang terletak di Jalan Halmahera No. 52 Tegal Jawa Tengah. Pada masa itu, pabrik ini dikenal sebagai pelopor dalam produksi jamu di Tegal. 

Produk-produk jamunya terkenal efektif dan berkualitas, menjadikan pabrik ini mendapatkan tempat di hati masyarakat. Keberhasilan ini berlangsung hingga beberapa dekade berikutnya, di mana jamu Nyonya Girang menjadi pilihan utama masyarakat Tegal untuk kebutuhan kesehatan mereka.

Perubahan Kepemilikan 

Namun, setelah kepergian Pak Kustandi, pabrik ini mulai mengalami kemunduran. Tidak ada penerus yang bisa melanjutkan usaha keluarga ini, sehingga pabrik mulai terbengkalai. 

Pada tahun 2013, kondisi UD Tiga Wanita Nyonya Girang semakin memburuk dan hampir tutup total. Banyak karyawan yang tidak lagi aktif, dan operasi pabrik pun nyaris terhenti.

Kabar mengenai kondisi pabrik yang memprihatinkan ini sampai ke telinga Agatha Setiawan, seorang pengusaha muda yang memiliki visi untuk menghidupkan kembali industri jamu tradisional. 

Sumber: