Gambaran Sosok Kardinah, Adik dari RA Kartini yang Punya Cerita Kisah di Tegal

Gambaran Sosok Kardinah, Adik dari RA Kartini yang Punya Cerita Kisah di Tegal

Begini cerita kisah kardinah di Tegal, sosok inspiratif--

BACA JUGA: Peringati Hari Kartini, DPPKBP2PA Kota Tegal Ziarah ke Makam RA Kardinah

BACA JUGA: Berharap Diangkat Jadi PPPK, Ratusan Pegawai Non ASN RSUD Kardinah Tegal Lakukan Ini

Bermodal uang 16.000 golden hasil penjualan buku karangannya berjudul "Cara Membatik" ditambah bantuan dari Residen Pekalongan, maka didirikanlah Balai Pengobatan yang bertujuan untuk memberikan bantuan pengobatan kepada rakyat yang kurang mampu. 

Namun, di masa awal kemerdekaan, tak lama setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, peristiwa Tiga Daerah meletus di wilayah pantai utara Jawa. Mantan Kapolri, Hoegeng Iman Santoso dalam bukunya berjudul Hoegeng, Polisi: Idaman dan Kenyataan, menyatakan bahwa gerakan Kutil yang dipimpin Sukyani hendak mendirikan pemerintahan revolusioner. Mereka menciduk orang-orang yang dianggap dekat dengan Belanda di tiga daerah, yaitu, Brebes, Tegal dan Pemalang. 

Di tiga daerah tersebut, massa yang terinpirasi Kutil, memaksa Bupati Pemalang, Brebes dan Tegal untuk mengibarkan bendera merah putih dan membagikan beras kepada rakyat. Alhasil massa mendatangi kantor-kantor dan rumah bupati untuk 'membuat perhitungan".

Seperti kalangan bupati dan rengrengannya, Kardinah yang dari kalangan bangsawan dianggap kelompok itu sebagai simbol feodal dan loyalis penjajah Belanda. Ahasil, ia menjadi salah satu korban gerakan itu.

BACA JUGA: Perkembangan Batik Tegal dari Abad ke-19 hingga Sekarang, dari Raja Amangkurat 1 sampai RA Kardinah

BACA JUGA: Mengenal Kisah Hidup RA Kardinah, Adik RA Kartini yanng Berperan Penting Mengayomi Masyarakat Tegal

Dilansir dari buku Seri Tempo yang berjudul Gelap-Terang Hidup Kartini, Sebagai istri Bupati Tegal, Kardinah jadi sasaran. Saat menengok cucunya, Kardinah ditangkap orang-orang Kutil. Ia dipaksa mengenakan karung goni sebagai pakaian. Kardinah juga diarak keliling kota sambil diolok-olok.

Akan tetapi saat sampai ke rumah sakit Kardinah, adik Kartini itu pura-pura sakit dan dirawat. Dilansir dari buku Jejak-jejak di Tlatah Teteguall karya Conie Wishnu W dan Hari Bagor S, pada malam harinya, ada usaha penyelamatan dari orang-orang dekatnya. Alhasil Kardinah bisa diselamatkan dari orang-orang Kutil dan tidak sempat dibawa ke Talang, Adiwena. 

Hingga saat ini bernamakan Rumah Sakit Kardinah

Karena peristiwa cerita kisah di Tegal itu, Kardinah mengalami berbagai trauma dan enggan hidup di Tegal. Ia memutuskan pindah ke Salatiga untuk menjalani masa tuanya. RA Kardinah kemudian meninggal dunia pada 5 Juli 1971 saat usianya mencapai 90 tahun. 

Pada tahun 1971 setelah Raden Ajeng Kardinah wafat, Balai Pengobatan yang sudah mengalami berbagai peningkatan sarana dan prasarana diserahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Tegal. Tempat itu kemudian diberi nama Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal.

Pada tahun 1983, dengan Surat Keputusan Walikota Madya Dati II Tegal Nomor 61/1/1004/1983, Rumah Sakit Umum Kardinah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Tipe C, selanjutnya pada tahun 1995 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 92/ Menkes/SK/I/1995 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah tipe B Non Pendidikan.

Sumber: