5 Kasus Pembunuhan di Indonesia yang Masih Belum Diusut Tuntas, Salah Satunya Vina

5 Kasus Pembunuhan di Indonesia yang Masih Belum Diusut Tuntas, Salah Satunya Vina

KASUS - Seperti keluarga Vina, Akseyna, Marsinah, dan Munir, keluarga korban masih mengharapkan kabar baik dari polisi sebelum kasus ini berubah jadi cold case.-(Aditya Saputra/Radar Tegal)-

Nmun perusahaan tempat ia bekerja tidak mau langsung menerapkan tuntutan itu. Aksi buruh pun dilakukan.

Pada 5 Mei 1993, Marsinah menghilang. Ini merupakan 3 hari setelah aksi buruh pertama kali dimulai, termasuk mogok bekerja dan negosiasi mengenai tuntutan-tuntutan buruh di mana Marsinah aktif berperan.

Siang harinya sebelum ia lenyap, Marsinah mendatangi Kodim Sidoarjo. Ia bermaksud menanyakan 13 buruh seperjuangan Marsinah yang dibawa ke Kodim dan diintimidasi untuk mengundurkan diri dari CPS karena dianggap melakukan rapat gelap serta mencegah buruh lain bekerja.

Malam harinya, Marsinah hilang dan terus lenyap hingga 9 Mei 1993. Saat ditemukan, ia sudah tewas dalam kondisi babak belur dan penuh luka.

Polisi menyebut ia tewas dalam keadaan disiksa berat, ditambah lagi ia juga menjadi korban asusila. Penyelidikan berjalan.

Soeharto secara pribadi berpidato agar rakyat tak curiga pada pemerintah dahulu. Ia meminta kasus ini diusut tuntas.

Hasilnya, 8 petinggi PT. CPS ditangkap diam-diam tanpa prosedur. Akhirnya Suprapto, pegawai bagian kontrol; Yudi Susanto, pemilik CPS; dan Suwono, satpam CPS dinyatakan bersalah dalam pembunuhan Marsinah.

Yudi divonis 17 tahun penjara. Namun, Yudi bersikeras ia difitnah sebagai kambing hitam aparat. Akhirnya, usai banding, ia dan staf CPS lainnya dibebaskan. 

Mereka pun bersaksi mereka disiksa polisi agar mengakui membunuh Marsinah. Hingga kini, sang pembunuh asli masih berkeliaran.

4. Munir

Aktivis lainnya yang meninggal dibunuh adalah Munir Said Thalib, 38 tahun. Giat menegakkan keadilan untuk korban HAM, Munir merupakan salah satu pendiri Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) dan Imparsial.

Pada 6 September 2004, Munir berangkat pada pukul 21.55 WIB naik pesawat Garuda Indonesia GA-974 menuju Belanda untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Utrecht. Namun, pada 7 September keesokan harinya, ia menghembuskan napas terakhir di pesawat.

Laporan menyebutkan Munir bolak-balik ke toilet dan nampak kesakitan di bagian perut setelah transit di Singapura. Ia habis minum jus jeruk. 

Seorang dokter pun berusaha membantunya namun ia menghembuskan napas terakhir di pesawat, 40,000 kaki di atas daratan Rumania. Menurut autopsi kepolisian Belanda, Munir dibunuh dengan cara diracun arsenik dalam suatu skenario pembunuhan yang terstruktur.

Sumber: