Terinspirasi Peristiwa Tiga Daerah, Novel Kutil Resmi Diluncurkan di Pendapa Balai Kota Tegal

Terinspirasi Peristiwa Tiga Daerah, Novel Kutil Resmi Diluncurkan di Pendapa Balai Kota Tegal

PELUNCURAN – Yono Daryono dan Ubaidillah menyampaikan sekapur sirih dalam peluncuran novel Kutil: Revolusi di Republik Lenggaong, Sabtu, 27 April 2024. -K. Anam Syahmadani-Radartegal.disway.id

RADAR TEGAL- Terinspirasi dari buku Peristiwa Tiga Daerah: Revolusi dalam Revolusi karya Anton Lucas, Novel Kutil: Revolusi di Republik Lenggaong akhirnya diluncurkan, Sabtu, 27 April 2024. Novel sejarah yang diterbitkan Marjin Kiri itu pun dibedah dengan menghadirkan keynote speaker atau pembicara kunci Anton Lucas dan pemakalah Kurnia Effendi serta Muarif Essage.

Sebelum dikirim ke penerbit, novel ini pun sempat dikoreksi dan dikritik Lucas. Untuk menggali informasi, pengarang juga menemui keluarga Kutil di Pemalang dan keluarga KH Abu Sujai di Desa Pacul, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal. 

Salah satu pengarang, Ubaidillah mengaku menulis Kutil: Revolusi di Republik Lenggaong memerlukan keberanian untuk menyesuaikan bahasa. 

“Sehingga, enak dibaca dan tidak njomplang. Selain itu, agar bahasa serta cara pengungkapannya memiliki keutuhan,” ucap Ubaidillah saat menjawab pertanyaan yang disampaikan moderator. 

BACA JUGA: Akhir Pekan Ini, Novel Kutil Siap Diluncurkan dan Dibedah di Pendapa Kota Tegal

Secara virtual, pembicara kunci Anton Lucas mengapresiasi diluncurkannya novel ini. Menurut Indonesianis asal Australia yang sangat fasih berbahasa Indonesia itu, kedua pengarang berhasil memasukkan perasaan dari para pelaku sejarah.

“Kedua pengarang berhasil memasukkan perasaan pelaku sejarah. Sehingga pembacanya bisa menghayati sejarah dan mengantarkan ke zaman itu,” ungkap Lucas. 

Pemakalah Kurnia Effendi yang bersama Iksaka Banu menelurkan karya Pangeran dari Timur mengaku menyukai novel ini sejak halaman pertama. Alasannya, karena pengarangnya tidak mencoba bergenit-genit dengan metafora. 

Semua wajar dan sekadar memberikan penguatan pada latar atau peristiwa. Tidak pula tergoda memberi nama tokoh fiksi dengan menawarkan makna filosofi atau puitik.

BACA JUGA: Mengenal Sersan Achmad, Pejuang Asli Tegal yang Pimpin Penumpasan Gerakan Kutil dan Selamatkan Kardinah

“Dengan novel Kutil, sejarah kelam Tegal sesudah kemerdekaan republik ini telah dilengkapi. Rasanya, tidak ada kota yang steril dari pertumpahan darah sejak Kitab Pararaton diserat seorang pujangga sejarah. Pemberontakan dan perang saudara terjadi di berbagai tempat, jauh sebelum Sumpah Pemuda hingga hari ini,” tutur sastrawan asli Slawi ini.

Sementara itu, Muarif Essage dalam paparan makalahnya menyebut Yono dan Ubaidillah dalam novel Kutil: Revolusi di Republik Lenggaong ini menjadikan fakta Peristiwa Tiga Daerah sebagai teks sejarah yang diekploitasi melalui imaji fiksional. Muarif menilai novel ini menjadi counter paradigma seorang Kutil yang berkembang dalam pikiran publik.

“Wacana yang ingin dibangun novel ini tentu dengan mudah dapat diidentifikasi sebagai wacana tanding. Novel ini bermaksud meluruskan sejarah melalui kontekstualisasi dalam memahami setiap peristiwa,” sebut Muarif yang juga menyampaikan sejumlah catatan lainnya dalam makalah setebal empat puluh halaman.

Sehubungan dengan ditautkannya kisah pergolakan 1998, Muarif memandang itu sebagai realisasi atas keyakinan Lucas yang dalam postscript buku Peristiwa Tiga Daerah: Revolusi dalam Revolusi mengemukakan ada persamaan antara Gerakan Revolusi 1945 dengan Gerakan Reformasi 1998 pada fokus peristiwa wali kota Tegal yang diusir karena adanya unsur KKN.

Sumber: