4 Alasan Sakralnya Candi Cetho, Ruwat Akhir Majapahit di Wilayah Gunung Lawu

4 Alasan Sakralnya Candi Cetho, Ruwat Akhir Majapahit di Wilayah Gunung Lawu

Candi Cetho Berlokasi di Lereng Gunung Lawu--

Sama seperti halnya di Candi Sukuh, pemujaan pada Bima tumbuh subur pada masa akhir Majapahit, yang didasarkan pada kisah Bima Lukar, dan memiliki makna penyucian.

BACA JUGA:3 Bangunan Suci di Gunung Sindoro, Bukti Wilayah Perdikan Jawa Kuno

3. Lokasinya di Gunung Lawu

Gunung Lawu bisa dibingkai sesuai dengan pandangan masyarakat Jawa Kuno, yakni bahwa gunung adalah mandala suci tempat para dewa.

Karena itu, wajar di akhir masa Majapahit, seiring bangkitnya kembali kepercayaan asli Nusantara, di gunung-gunung tumbuh subur berbagai patapan, karesian, dan kadewaguruan. 

BACA JUGA:Konon Air Keabadian Para Dewa, Inilah 4 Mitos Sakralnya Petirtaan Jolotundo

Hal yang sama ditemukan juga di Gunung Penanggungan dan Semeru di Jawa Timur, dengan peninggalan arkeologis yang rata-rata bertema punden berundak. Bisa jadi fenomena yang sama terjadi di lereng Lawu.

Peninggalan-peninggalan berupa berupa candi, petirtaan, maupun benda arkeologis lainnya, bisa saja terkait dengan karesian, patapan, hingga kadewaguruan, yang memang marak di akhir Majapahit.

BACA JUGA:3 Mitos Candi Sukuh, Konon sebagai Ruwatan Majapahit Pasca Perang Paregreg

4. Tujuan dibangun untuk ruwatan

Menurut sengkalan tahun di teras kedua dan prasasti di teras ketujuh, candi ini dibangun bertahap sejak tahun 1451 - 1475 M. Dalam rentang waktu itu, diduga Majapahit tengah mengalami masa suram pasca Perang Paregreg. 

Kitab Pararaton mencatat, Majapahit mengalami kekosongan kekuasaan selama tiga tahun akibat terus dilanda perebutan tahta, bencana alam, bahkan bencana kelaparan.

Banyak bupati melepaskan diri, yang kemudian dimanfaatkan Demak untuk berkoalisi dan memberontak pada Majapahit, sesuai keterangan Suma Oriental. 

Dalam gonjang-ganjing politik tersebut, tentu rakyat menjadi korban. Maka, dibangunlah candi ini dan Candi Sukuh dengan tujuan meruwat negara yang sedang sekarat. 

Tema ruwat negara juga ditemui dalam Serat Calon Arang, yang juga ditulis tidak jauh dari masa itu. Dalam kisah tersebut, Durga Ranini pun juga muncul sebagai sosok yang dipuja Calon Arang.

Sumber: youtube asisi channel