5 Fakta Menarik Candi Sukuh, Bukti Piramida Asli Masyarakat Jawa Kuno
--kebudayaan.kemdikbud.go.id
Bentuk hurufnya pun aksara kwadrat yang baru berkembang di periode Jawa Timur. Jadi, candi ini mustahil lebih tua dari abad 10 M.
BACA JUGA:Relief Penuh Dualisme, Inilah 3 Kisah Magis Era Akhir Majapahit di Candi Surowono
3. Gaya arca dan relief khas Majapahit
Ada dua penanda zaman yang penting di candi. Pertama, gaya arca dan relief Candi Sukuh sangat mirip dengan candi-candi di Gunung Penanggungan yang berangka tahun dari zaman Majapahit.
Kedua, reliefnya memuat kisah Sudamala dan Bima Swarga, yang sangat populer di masa Majapahit akhir, sedangkan relief kisah ini tak ada di candi Medang mana pun. Relief ini dipahat dekoratif seperti wayang kulit, sebagaimana candi khas Majapahit.
Ketiga, sosok Durga Ranini juga adalah modifikasi leluhur di masa akhir Majapahit. Hal ini karena orang India hanya tahu Durga Mahesasuramardhini dan candi-candi Medang yang masih setia pada kitab India, tidak ada sosok Durga Ranini di sana.
4. Prasada berbentuk piramida
Piramida Sukuh yang ada sekarang bukanlah bentuk utuhnya. Namun, hanya sebuah prasada atau penunjang dari sesuatu yang disucikan di puncaknya.
Prasada berbentuk piramida juga ada di Candi Cetho. Di atas piramida Sukuh, hanya ada umpak, yang menandakan di sini pernah ada bangunan dari bahan organik seperti kayu.
BACA JUGA:Takjub! 4 Mitos Air Keabadian Petirtaan Jolotundo, Terinspirasi dari Mitologi Samudramanthana
5. Bentuk utuh piramida Sukuh
Dulu, ada lingga setinggi hampir 2 meter, yang menjadi objek pemujaan utama di candi ini, kini diamankan di Museum Nasional. Inskripsinya berisi informasi bahwa pada tahun 1440 M, Bagawan Ganggasudhi ditahbiskan di sini.
Pada zaman Majapahit, mustahil lingga di atas prasada itu dibiarkan terbuka tanpa sthana. Maka, jika mengacu pada meru bertingkat di salah satu relief, diduga bentuk utuh Candi Sukuh berupa, di batur depan ada atap 1 tingkat dan di puncak candi ada meru bertingkat 5 hingga 11.
BACA JUGA:Mitologi Mahameru dan Tirta Amerta, 4 Mitos Pindahnya Himalaya ke Jawa
Namun, membangun prasada tegak di lereng gunung sangat berbahaya. Karena itu, leluhur Jawa Kuno memilih bentuk piramida yang lebih aman, juga paling cocok dengan konsep candi Jawa sebagai simbol Gunung Mahameru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: youtube asisi channel