Terungkap Alasan Larangan Orang Jawa Menikah dengan Orang Sunda, Kang Emil: Itu Hanya Mitos

Terungkap Alasan Larangan Orang Jawa Menikah dengan Orang Sunda, Kang Emil: Itu Hanya Mitos

--

RADAR TEGAL - Kendati sudah banyak yang mengetahuinya, tetapi masih saja banyak orang yang bertanya-tanya tentang mitos larangan orang Jawa menikah dengan orang Sunda. Lalu apakah hal itu fakta atau sekadar mitos?

Bisa jadi di antara kita pun pernah mendengar hal itu, karena sudah turun temurun menjadi mitos di masyarakat kedua suku. Meski saat ini mungkin sudah jarang lagi hal itu terdengar secara massif.

Sekadar informasi, mitos orang Jawa menikah dengan orang Sunda itu menjadi perdebatan dan kontroversi sendi di tengah-tengah masyarakat. Tak sedikit yang penasaran kenapa orang zaman dulu sangat memegang teguh prinsip tersebut.

Lantas apa alasannya dan benarkah hal itu sebagai akibat dari peristiwa masa lalu? Dalam artikel ini akan membahas sejumlah hal terkait mitos yang kadung berkembang di dua suku di Pulau Jawa itu.

Alasan larangan orang Jawa menikah dengan orang Sunda
Sebagaimana adat istiadat orang zaman dulu, mereka percaya terhadap hal-hal yang dilakukan secara turun temurun. Termasuk soal seseorang yang akan menikah, harus memilih calon dari suku bangsa yang sama.

Sehingga berkembang alasan bahwa orang Jawa sebaiknya tidak menikahi perempuan Sunda, karena ada alasan di baliknya. Konon, alasannya karena bisa menyebabkan rumah tangga tidak langgeng atau sering diterpa masalah.

Argumentasi itulah kenapa orang Sunda tidak boleh menikah dengan orang Jawa, bergitu pula sebaliknya. Walaupun hal itu merupakan mitos yang belum tentu kebenarannya.

Faktanya tidak sedikit pria Jawa menikah dengan perempuan Sunda dan hubungannya tetap langgeng hingga saat ini. Ternyata sedikit terkuak alasan larangan orang Jawa menikah dengan orang Sundan konon akibat dendam masa lalu.

Awal mula mitos larangan
Sejumlah orang beranggapan bahwa alasan kenapa suku Jawa tidak boleh menikah dengan suku Sunda terjadi dari pengalaman masa lalu. Mitos tersebut konon lantaran tragedi Perang Bubat, yang terjadi sekitar 1357 M atau abad ke-14.

Ceritanya Raja Kerajaan Majapahit, Hayam Wuruk hendak mempersunting Ratu Dyah Pitaloka Citraresmi, putri Prabu Linggabuana dari Kerajaan Galuh (Sunda). Hayam Wuruk jatuh cinta pada Dyah Pitaloka, karena sebuah lukisan karya Sungging Prabangkara.

Namun, Mahapatih Gajah Mada mengingatkan Raja Hayam Wuruk, jika Dyah Pitaloka masih ada hubungan sedarah dengannya, sehingga tak boleh menikah. Hanya saja Hayam Wuruk bersikeras ingin menikahi Dyah Pitaloka.

Tak bisa berbuat banyak, Kerajaan Majapahit lantas mengirimkan seseorang untuk melamar Dyah Pitaloka ke Maharaja Linggbuana dan diterima dengan baik. Konon, mereka meyakini kalau perjodohan ini bisa mengikat persekutuan di antara dua kerajaan besar tersebut.

Tak lama kemudian rombongan Kerajaan Sunda berangkat ke Kerajaan Majapahit dan diterima di Pesanggarahan Bubat. Hanya saja, Mahapatih Gajah Mada melihat peristiwa ini sebagai suatu kesempatan untuk menghancurkan Kerajaan Sunda.

Mahapatih Gajah Mada berniat menyerang rombongan Kerajaan Galuh, dan akan menjadikan putri Raja Sunda itu sebagai selir kerajaan bukan istri Hayam Wuruk. Sumber lain menyebut jika kedatangan mereka adalah bentuk penyerahan diri untuk memenuhi Sumpah Palapa.

Sumber: