Klub 1 Triliun
Pak Harto sendiri sangat sibuk. Pak Harto mendapat ruang khusus di gedung itu. Di situlah Pak Harto menerima kepala negara lain yang ingin bertemu.
Saya juga di situ. Untuk meliput apa saja yang dibicarakan kedua kepala negara. Hanya satu hari saya meninggalkan arena KTT Nonblok. Yakni ketika saya termasuk yang mendapat kesempatan bertemu Muamar Gaddafi (Khadafi), pemimpin Libya saat itu.
Gaddafi tidak mau tinggal di hotel. Ia tinggal di tenda. Ada onta di dekat tenda itu.
Semua kepala negara punya acara yang padat di forum seperti itu. Di luar forum. Tempulu para kepala negara berada di satu kota.
KTT Nonblok akhirnya hanya jadi forum caci maki di podium internasional. KTT G20 tentu beda. Ini KTT-nya orang kaya. Baru boleh hadir saja sudah bangga: berarti sudah kaya. Apalagi bisa jadi tuan rumahnya. Dan jadi ketuanya.
Saya juga pernah menjadi anggota rombongan ke KTT G20. Zaman Presiden SBY. Ketika Indonesia kali pertama diterima sebagai anggota G20.
Kebanggaan waktu itu: kok ternyata Indonesia sudah bisa menjadi negara nomor 16 terbesar di dunia.
Kebanggaan lain: Indonesia sudah masuk negara yang GDP-nya di atas USD 1 triliun. Sudah mengalahkan Belanda.
Ternyata G20 bukan 'kelompok di atas USD 1 triliun'. GDP Arab Saudi dan Turki belum 1 triliun. Tapi jadi anggota. Afrika Selatan masih jauh dari 1 triliun. Juga jadi anggota.
Karena itu Spanyol marah-marah. Meski belum 1 triliun tapi Spanyol itu negara terbesar ke-4 di Eropa. Akhirnya Spanyol diikutkan KTT, tiap tahun, sebagai undangan.
Norwegia juga marah-marah. Kurang maju apa Norwegia. Pendapatan per kapita penduduknya sudah di atas USD 50.000/tahun. Kok tidak bisa diterima.
Sampai sekarang Norwegia belum diundang.
Saya usul, sebagai tuan rumah, Indonesia mengundang Norwegia dan Belanda. Banyak agenda di luar KTT yang bisa dibahas.
Pun di Bali tahun depan. Pasti banyak agenda penting di luar KTT. Jangan-jangan justru yang di luar KTT itu yang hasilnya lebih banyak.
Atau biar saja KTT G20 tahun depan tetap bulan Oktober-November. Biar semua merasakan seperti itulah kalau iklim tidak berhasil dikendalikan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: