Investasi Kereta Cepat Jakarta-Bandung Naik Jadi Rp114,24 Triliun dari Awalnya Rp86,67 Triliun

Investasi Kereta Cepat Jakarta-Bandung Naik Jadi Rp114,24 Triliun dari Awalnya Rp86,67 Triliun

Kebutuhan investasi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung membengkak dari USD6,07 miliar setara Rp86,67 triliun (kurs Rp14.280 per dolar AS) menjadi USD8 miliar atau setara Rp114,24 triliun.

Direktur Keuangan & Manajemen Risiko KAI, Salusra Wijaya mengatakan estimasi ini sedikit turun dari perkiraan awal mencapai USD8,6 miliar atau Rp122,8 triliun.

"Waktu diestimasi pada November 2020 oleh konsultan KCIC (PT Kereta Cepat Indonesia China), perkiraannya berkembang menjadi USD8,6 miliar," kata Salusra dalam rapat bersama Komisi VI DPR, Kamis (2/9).

Salusra menambahkan estimasi peningkatan biaya proyek pada awalnya tidak setinggi sebelumnya, karena perusahaan melakukan efisiensi, seperti memangkas biaya, pembangunan stasiun, dan lainnya.

"Kebutuhan investasi proyek akan meningkat karena Indonesia belum menyetor modal awal senilai Rp4,3 triliun," ujarnya.

Padahal, lanjut Salusra, setoran itu seharusnya dilakukan sejak Desember 2020. Namun, jumlah itu pun belum termasuk estimasi tanggung jawab sponsor dalam membiayai pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar Rp4,1 triliun.

"Untuk itu, KAI mengajukan penundaan setoran menjadi Mei 2021. Namun, hingga saat ini belum ada kejelasan dari konsorsium kontraktor High Speed Railway Contractors Consortium (HSRCC), baik terkait penundaan setoran maupun permintaan restrukturisasi kredit proyek," ungkapnya.

Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo mengatakan estimasi kebutuhan dana investasi proyek kereta cepat yang meningkat berpotensi membebani keuangan negara. Potensi ini muncul dari hasil kajian konsultan independen.

"Apabila pola operasi kereta cepat ini dibiarkan seperti ini, maka dikhawatirkan akan membebani keuangan negara," kata Didiek

Terlebih lagi, kata Didiek, peroalan juga terjadi pada pola komunikasi antara Indonesia dan China kurang lancar. Hal itu lantaran, karena pemimpin proyek, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk sejatinya merupakan perusahaan konstruksi, bukan perusahaan di bidang kereta api. Namun, membangun proyek kereta cepat.

"Komunikasi antara Indonesia dan China tidak smooth, sekarang bisa bayangkan lead proyek ini adalah Wijaya Karya, itu perusahaan konstruksi sekarang yang dibangun kereta api," pungkasnya. (fin/zul)

Sumber: