Atap Bocor
Padahal di situlah kebocoran atap itu terjadi. Apa boleh buat. Para nakes harus terus mengepel lantai tanpa henti.
Maka seruan agar masing-masing bisa menjaga diri tampaknya harus didengarkan.
Berita baiknya: masyarakat menjadi lebih antusias untuk ikut vaksinasi. Belakangan ini satu hari sudah bisa mencapai angka 1,4 juta orang. Hanya saja yang harus divaksin ratusan juta orang. Tiga bulan ke depan pun belum akan bisa mencapai 60 persen.
Berita buruknya: vaksinasi Gotong Royong seperti tidak jalan. Padahal para pengusaha sudah lama mendaftarkan ribuan karyawan mereka. Agar segera mendapat vaksin. Mereka sudah pula siap membayar Rp1 juta/dua kali suntikan.
Para pengusaha itu terus menagih ke Kadin. Jawabnya selalu sama: tunggu.
Sebenarnya ini agak memalukan. Swasta yang biasanya lebih banyak marah-marah pada ruwetnya birokrasi pemerintah, kini mempermalukan dirinya sendiri: kalah oleh birokrasi. Vaksin Gotong Royong –begitu istilahnya– bukan saja kalah oleh vaksin pemerintah bahkan tidak jalan.
Rebutan kedudukan ketua umum Kadin rupanya begitu pentingnya sampai membiarkan vaksinasi Gotong Royong telantar.
Kasihan moto mulia kita Gotong Royong: tidak jalan. Pun di saat paling darurat dan paling diperlukan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: