Kesulitan Air, Petani di Brebes Terpaksa Gunakan Limbah Comberan untuk Aliri Persawahan

Kesulitan Air, Petani di Brebes Terpaksa Gunakan Limbah Comberan untuk Aliri Persawahan

 Memasuki musim kemarau, sejumlah saluran irigasi di Kabupaten Brebes mulai mengering. Bahkan, di Kecamatan Brebes, petani terpaksa menggunakan limbah comberan untuk aliri lahan persawahannya.

Salah seorang petani, Mustofa mengungkapkan, para petani terpaksa memanfaatkan air comberan karena kesulitan mendapatkan air untuk mengolah sawahnya. Kurang lebih ada puluhan petani yang terpaksa menggunakannya untuk puluhan hektare sawah. 

"Selain harus mengeluarkan biaya tambahan, air comberan juga kurang baik untuk pertumbuhan tanaman," katanya. 

Dijelaskan, para petani mengambil air comberan untuk aliri persawahan dengan cara memompanya. Sedangkan, untuk bahan bakarnya, petani harus mengeluarkan biaya kurang lebih 3 liter BBM yang digunakan per hari. 

"Ya kalau diitung-itung dengan biaya tambahan seperti ini kalaupun ada untung, ya tipis. Karena perlu biaya tambahan untuk membeli BBM," urainya.

Tidak dipungkiri, kata dia, petani di wilayahnya sudah mendapatkan bantuan sumur pantek di tujuh titik untuk mengatasi kekurangan air saat musim kemarau. Namun, dari pembuatan sumur itu mengeluarkan air asin. Sehingga tidak cocok untuk pertanian. Hal ini kemudian membuat petani terpaksa menggunakan air comberan.

"Pemanfaatan air comberan ini juga sudah dilakukan para petani sejak lima bulan lalu," tambahnya. 

Petani lain, Daklan mengaku harus mencari sumber air untuk mengairi tanaman bawangnya yang sudah berusia 40 hari. Petani di wilayahnya mencari sumber air menggunakan pompa diesel yang dipasang di pinggir sungai dan irigasi. 

Sementara, irigasi yang melintas di areal persawahan itu nampak kering.

"Sudah satu bulan ini kesulitan air. Biasanya ambil di irigasi menggunakan pompa diesel. Tapi sudah beberapa hari irigasinya sudah kering," katanya.

Kepala Bidang Irigasi dan Pengairan Dinas Pengairan Sumber Daya Air dan Tata Ruang (DPSDATR) Brebes Nurul Hidayat mengatakan, kesulitan air di musim kemarau merupakan siklus alam. Namun, pihaknya berupaya untuk mengatasi masalah petani tersebut. 

Pihaknya telah melakukan sistem gilir air irigasi melalui UPT Pengairan di masing-masing wilayah. 

"Ini memang siklus alam dan tidak bisa dipungkiri. Untuk persediaan air di sumber-sumber yang ada juga sudah menipis," pungkasnya. (ded/ima)

Sumber: