Berdalih Obati Pasien dengan Mandi Kembang, Dukun Cabuli Empat Saudaranya
Berdalih mengobati pasiennya dengan mandi kembang, AS (49) harus berurusan dengan polisi. Dia ditangkap atas dugaan pencabulan terhadap empat orang perempuan
Kasusnya terkuak setelah salah seorang korban menceritakan peristiwa yang dialaminya itu kepada suaminya. "Jadi ada yang kebetulan punya suami, cerita ke suaminya, suaminya marah. Baru lapor ke polisi. Salah satu korban punya suami. Suaminya tahu," kata Kapolresta Depok Kombes Azis Ardiansyah seperti dikutip dari detikcom, Sabtu (27/6) kemarin.
Azis mengatakan, keempat korban dan pelaku ini masih punya hubungan keluarga. Setelah salah satu korban menceritakan kejadiannya, korban lain pun akhirnya buka suara.
"Ya... Seluruhnya lapor, jadikan satu persatu. Lama lama cerita antar keluarga 'oh iya saya diginiin' akhirnya semuanya," tuturnya. "Kalau wilayah berbeda, bukan tetangganya itu, saudaranya. Masih keluarganya, keluarga dari pelaku," tambahnya.
Azis mengatakan, mandi air kembang itu merupakan sebuah ritual di keluarga mereka. Pelaku mengaku mendapatkan ilmu untuk mandi kembang ini dari orang tuanya.
"Ritual keluarga, sebelumnya orang tuanya pelaku, orang tuanya pelaku sudah tidak ada, ganti dia," katanya.
Namun pelaku memanfaatkan ritual itu sebagai modus untuk mencabuli para korban. "Tapi ganti anaknya, anaknya memanfaatkan dengan cara cabul," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, Polresta Depok menangkap seorang pria berinisial AS (49) atas dugaan pencabulan terhadap sejumlah perempuan. Pelaku berpura-pura menjadi seorang dukun yang mengobati pasiennya dengan mandi kembang.
Sebelumnya Kasat Reskrim Polresta Depok Kompol Wadi Saabani mengatakan bahwa ada 4 korban perempuan yang dicabuli dan pelaku masih memiliki hubungan keluarga.
"Korban dan pelaku itu semuanya masih ada ikatan keluarga, jadi ini sebetulnya ritual kebiasaan di keluarga itu, tiap malam Jumat," kata Kompol Wadi dalam keterangannya kepada wartawan, Sabtu (27/6).
"Salah satu korban penyanyi dangdut," lanjut Wadi.
Pelaku sudah melakukan praktik perdukunan ini sejak 2019. Kasus ini terkuak setelah salah satu korban komplain karena merasa dicabuli dan selain itu, ritualnya juga dianggap sia-sia. (detikcom/zul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: