'Mangir' Siap Gucang Dunia Teater Kota Tegal: Angkat Kisah dari Sejarah Mataram Islam

'Mangir' Siap Gucang Dunia Teater Kota Tegal: Angkat Kisah dari Sejarah Mataram Islam

MENEJLASAKN - Pendiri teater RSPD Kota Tegal, Yono Daryono menjelaskan soal rencana pementasan lakon 'Mangir'.-K. Anam Syahmadani/Radar Tegal Grup-

TEGAL, radartegal.com - Dunia teater Kota Tegal akan diguncang oleh pementasan lakon 'Mangir' garapan kelompok teater legendaris Kota Bahari, teater RSPD. Sesuai rencana, 'Mangir' akan dipertontonkan usai Lebaran Idul Fitri 2026 mendatang.

Sebelumnya, dunia teater Kota Tegal dihebohkan dengan pementasan karya bertajuk 'Amangkurat-Amangkurat' yang juga garapan Teater RSPD. Pementasan berlangsung di Teater Arena Taman Budaya Tegal, pertengahan tahun 2025 lalu.

Menurut pendiri sekaligus motor penggerak Teater RSPD Kota Tegal, Yono Daryono, lakon 'Mangir' yang akan dipentaskan diangkat dari berbagai sumber, termasuk karya sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. 

“Ini kami ambil dari berbagai sumber, tidak hanya karya Pram,” kata Yono Daryono. 

BACA JUGA:4 Wisata Pantai Tegal Siap Hadapi Libur Nataru, Disporapar Pastikan Tarif Tiket Tak Naik

BACA JUGA:Motor Listrik ATV Karya Siswa SMK di Tegal Jadi Sorotan, Gunakan Barang Bekas dan Modal Rp4 Juta

Lebih lanjut, Yono mengungkapkan, saat ini tengah memasuki tahap riding sebagai bagian awal dari proses kreatif menjelang casting. 

Mengusung kisah Ki Ageng Mangir, lakon ini menyajikan potret perlawanan terhadap hegemoni kekuasaan Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram. 

Diceritakan, konsolidasi kekuatan Mataram yang sedang gencar dilakukan tiba-tiba terganggu munculnya gerakan politik yang dipimpin Ki Ageng Mangir. 

Dia adalah bangsawan pesisir yang sakti mandraguna dan memiliki garis keturunan langsung dari Prabu Brawijaya.

BACA JUGA:Galang Donasi untuk Korban Bencana Sumatra, DPUPR Tegal Salurkan Rp8,9 Juta

BACA JUGA:Siap Sambut Natal dan Tahun Baru di Tegal, Pemkot Gelar Rakor

Ki Ageng Mangir yang tidak sudi tunduk pada kekuasaan pusat, menjadi ancaman serius bagi Mataram. Perlawanan pun menjalar hingga wilayah pesisir dan tlatah Brang Wetan. 

Menghadapi situasi ini, Panembahan Senopati menjalankan strategi yang cerdik melalui pendekatan intelijen dengan menggunakan putrinya, yaitu Rara Pembayun, sebagai umpan. Tragedi pun akhirnya tidak dapat terelakkan. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: