SLAWI, radartegal.com – Kasus HIV baru di Kabupaten Tegal selama periode Januari hingga Juli 2025 mencapai 79 kasus. Jumlah tersebut menunjukkan tren yang mengkhawatirkan.
Angka kasus HIV baru di Kabupaten Tegal ini terdiri dari 57 laki-laki dan 22 perempuan. Dengan kelompok usia terbanyak berada di rentang 25–49 tahun, yakni 52 orang (40 laki-laki dan 12 perempuan).
Hal tersebut seperti diungkap Kepala Bidang Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKM dan UKP) Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal dr Sarmanah Adi Muraeny MM.
“Kasus lainnya tersebar di berbagai usia, termasuk usia 5–14 tahun dua orang, usia 15–19 tahun satu orang laki-laki, usia 20–24 tahun 16 orang, dan usia di atas 50 tahun delapan orang,” ujarnya, Senin, 4 Agustus 2025.
BACA JUGA: Didominasi Remaja, Kasus HIV AIDS di Pemalang Meningkat
BACA JUGA: 124 Kasus Baru HIV/AIDS Ditemukan di Kota Tegal, Didominasi Pria Penyuka Sesama Jenis
Sarmanah merinci, faktor risiko terbesar masih berasal dari hubungan heteroseksual sebanyak 62 kasus (44 laki-laki dan 18 perempuan), disusul perilaku lelaki seks dengan lelaki (LSL) sebanyak 13 orang.
Selain itu, terdeteksi pula empat ibu hamil yang positif HIV selama periode tersebut.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah kasus ODHIV tahun 2024 tercatat jauh lebih tinggi, yakni 191 kasus.
Rinciannya, 146 laki-laki dan 45 perempuan. Kelompok usia paling rentan tetap di usia produktif 25–49 tahun sebanyak 117 orang.
Dari sisi faktor risiko, hubungan heteroseksual mendominasi dengan total 116 kasus (79 laki-laki dan 37 perempuan), diikuti LSL sebanyak 67 orang, dan perinatal sebanyak tiga orang perempuan. Kasus pada ibu hamil tahun lalu mencapai tujuh orang.
“Sementara data sejak tahun 2014 hingga Juni 2025, total ada 1.246 ODHIV di Kabupaten Tegal. Mayoritas perempuan yang berstatus ibu rumah tangga,” lanjut Sarmanah.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal berharap tidak ada kasus baru dan tidak ada lagi kematian akibat HIV. Edukasi dan deteksi dini terus digencarkan agar masyarakat lebih peduli terhadap risiko penularan.
Ia menegaskan pentingnya kesetiaan dalam hubungan dan perilaku seksual yang aman sebagai upaya pencegahan penularan HIV.