radartegal.com - Apa bahayanya dari kecanduan paylater? Layanan buy now, pay later atau yang lebih dikenal dengan PayLater telah menjadi solusi instan untuk memenuhi kebutuhan.
Tapi Anda harus berhati-hati kecanduan paylater. Karena kemudahan ini bisa menjebak kalian dalam kecanduan yang berujung pada masalah serius, khususnya bagi generasi muda.
Berikut adalah ulasan lengkap mengenai bahaya kecanduan PayLater. Serta bagaimana cara menghindarinya.
Simak ulasan berikut ini yang kami kutip dari berbagai sumber. Simak hingga tuntas artikel berikut ini.
BACA JUGA: Rekomendasi PayLater Limit Kecil yang Cocok Buat Pemula
BACA JUGA: 6 Gejala Kecanduan Paylater, Begini Cara Mengatasi Masalah Finansial
Bahaya Utama Kecanduan PayLater
1. Penumpukan Utang
Menggunakan layanan PayLater secara berlebihan sering kali membawa kalian ke dalam jebakan utang. Menurut osc.medcom.id, kemudahan transaksi tanpa uang muka membuat pengguna.
Terutama anak muda, tergoda untuk membeli lebih banyak barang daripada yang sebenarnya mampu mereka bayar. Ketika pembayaran terlambat atau terlewat, utang akan semakin menumpuk, membuat kalian kesulitan melunasi.
2. Biaya dan Bunga yang Tinggi
Banyak platform PayLater menawarkan bunga rendah di awal, namun setelah periode bebas bunga berakhir, biaya tambahan akan melonjak. Ditambah lagi, jika pembayaran terlambat, kalian harus menghadapi denda yang justru memperburuk situasi finansial kalian.
Menurut laporan di djkn.kemenkeu.go.id, inilah alasan utama mengapa banyak pengguna terjebak dalam lingkaran utang yang sulit diputus.
BACA JUGA: Begini Cara Pakai PayLater Biar Nggak Boros dan Akhirnya Terjebak Utang
BACA JUGA: Cara Aman Pakai PayLater Biar Kamu Nggak Kebablasan
3. Perilaku Konsumtif Berlebihan
Fitur PayLater memberikan kenyamanan yang luar biasa, tapi ini juga menjadi pedang bermata dua. Akses yang mudah sering kali memicu perilaku impulsif, di mana kalian membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan.
Akibatnya, pengeluaran menjadi sulit dikendalikan. Hal ini diperkuat oleh penelitian dari ejournal.areai.or.id, yang menyebutkan bahwa kebiasaan ini berpotensi merusak keseimbangan keuangan jangka panjang.