Radartegal.id - Menunaikan ibadah haji adalah impian banyak umat Muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Lalu, siapa ya orang pribumi pertama yang naik haji?
Dilansir dari Islami.co di masa lalu, melaksanakan rukun Islam kelima ini sangatlah sulit bagi orang Indonesia. Kondisi transportasi yang tidak sebaik sekarang membuat perjalanan ke Tanah Suci Mekkah menjadi tantangan besar.
Hanya orang-orang tertentu dengan keberanian, kemampuan finansial, dan hubungan internasional yang bisa menjalankan ibadah haji pada masa itu.
Berikut ini kami telah merangkum sejarah orang pribumi pertama yang naik haji yang kami kutip dari berbagai sumber. Simak penjelasannya berikut ini.
BACA JUGA: Buntut Kerusakan Mesin Pesawat Jemaah Haji Kloter 5, Garuda Indonesia Dapat Teguran Keras
BACA JUGA: Tidak Buang Air Kecil saat Beribadah, Jemaah Haji Jangan Senang Dulu
Kisah Bratalegawa
Dalam sejarah, terdapat berbagai versi mengenai siapa orang pribumi pertama yang menunaikan ibadah haji. Salah satu catatan paling awal dapat ditemukan dalam naskah "Carita Parahyangan," sebuah naskah kuno berbahasa Sunda.
Naskah ini menyebutkan bahwa orang pertama yang naik haji adalah Bratalegawa, putra kedua dari Prabu Pangandiparamata Jayadewabrata yang memerintah Kerajaan Galuh antara tahun 1357 hingga 1371.
Bratalegawa memulai perjalanannya dengan berlayar ke Gujarat, India, untuk berdagang. Di sana, ia menikah dengan Farhana, putri seorang saudagar kaya yang beragama Islam.
Bersama istrinya, Bratalegawa berlayar ke Arab Saudi dan menunaikan ibadah haji di Mekkah. Setelah menunaikan ibadah haji, Bratalegawa mengubah namanya menjadi Haji Baharuddin al-Jawi.
Ia pun belajar agama Islam dengan tekun di Arab Saudi sebelum kembali ke tanah kelahirannya di Ciamis, Jawa Barat, bersama istri dan anaknya, Ahmad. Masyarakat sekitar mengenalnya dengan sebutan Haji Purwa Galuh.
BACA JUGA: Mulai Berangkat 12 Mei 2024, Jemaah Haji Indonesia Diminta Waspadai Cuaca Saudi yang Sangat Panas
BACA JUGA: Gunakan Lebih 70 Ton Bumbu Indonesia untuk Katering Jemaah Haji, Gus Men: Tahun Lalu 15
Perspektif Sejarah yang Berbeda