RADAR TEGAL - Mitos Malin Kundang yang menjadi bagian dari dongeng dan cerita anak rakyat mengenai seorang anak durhaka yang dikutuk menjadi batu, telah lama tertanam dalam budaya masyarakat Minangkabau. Cerita ini diwariskan turun-temurun dan dikaitkan dengan keberadaan sebuah batu yang disebut Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis, Padang, yang konon merupakan jelmaan sang anak durhaka.
Namun, benarkah batu mitos Malin Kundang tersebut merupakan bukti nyata kutukan? Ataukah hanya legenda semata yang sarat makna?
Banyak di antara kita yang masih mempertanyakannya. Mitos Malin Kundang menjadi momok paling berpengaruh, khususnya dikalangan anak-anak.
Kisah ini membawa pelajaran bagi anak-anak agar tidak durhaka terhadap orang tuanya. Namun, bagaimana sebenarnya fakta di balik mitos Malin Kundang yang terkenal itu?
BACA JUGA: 3 Mitos Gunung Sagara yang Melegenda, Selimut Mistis tentang Kekayaan dan Gerbang Menilik Neraka
Menelusuri jejak mitos Malin Kundang
Kisah mitos Malin Kundang bermula dari seorang pemuda miskin yang merantau demi kehidupan yang lebih baik. Bertahun-tahun kemudian, dia kembali dengan kekayaan dan istri cantik.
Namun dia malu mengakui ibu kandungnya yang miskin dan tua. Kemarahan dan kekecewaan sang ibu berujung pada kutukan yang mengubah Malin Kundang menjadi batu.
Legenda ini memiliki berbagai versi, dengan detail yang berbeda-beda. Namun, inti ceritanya tetap sama, kutukan sebagai konsekuensi dari durhaka terhadap orang tua.
Legenda ini menjadi pengingat bagi anak-anak untuk selalu menghormati dan menyayangi orang tua, regardless of their circumstances.
BACA JUGA: Mitos Burung Gagak yang Paling Populer dan Masih Dipercaya Masyarakat Indonesia
Menyelidiki batu Malin Kundang
Batu mitos Malin Kundang di Pantai Air Manis menjadi daya tarik wisata yang populer. Bentuknya yang menyerupai manusia sedang bersujud seolah menjadi bukti nyata legenda tersebut.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa batu tersebut kemungkinan besar bukan hasil dari kutukan, melainkan buatan manusia. Bentuknya dipahat dan dibentuk sedemikian rupa untuk menyerupai manusia.
Selain itu, tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan asal-usul batu tersebut sebelum awal abad ke-20.