RADAR TEGAL - Tradisi moci masyarakat Tegal menjadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah dan budaya Tegal. Kebiasaan minum teh yang telah turun temurun dilakukan masyarakat Tegal ini ternyata mengandung simbiosis mutualisme.
Tradisi moci masyarakat Tegal ini memang sedikit berbeda dengan tradisi minum teh di daerah lain. Karena dilakukan dengan menyuguhkan teh melati melalui sebuah poci (teko) yang terbuat dari tanah liat kemudian dituangkan ke dalam cangkir yang juga terbuat dari tanah liat.
Teh melati yang menghasilkan aroma enak, kemudian akan dihirup serta diseduh oleh para penikmatnya yang memberi efek relaksasi. Dalam tradisi moci masyarakat Tegal, berbagai pihak saling saling diuntungkan.
Pihak-pihak yang diuntungkan dari adanya tradisi moci masyarakat Tegal antara lain pabrik penghasil gula, pabrik penghasil teh, serta penghasil gerabah. Jadi, dari situ saja sudah terlihat akan kebermanfaatan yang hadir dari tradisi moci yang berkembang di masyarakat Tegal.
Sementara untuk penikmat dari tradisi moci masyarakat Tegal juga memiliki dampak positif, di antaranya yaitu menjalin keakraban dan komunikasi dengan kawan bicara. Lebih lanjut selengkapnya dapat disimak di bawah ini hingga selesai.
BACA JUGA: Minuman Khas Tegal Bahari, Minuman Tradisional Pelepas Dahaga dan Segarkan Suasana
Simbiosis mutualisme dalam tradisi moci masyarakat Tegal
1. Teh Melati
Teh melati merupakan salah satu unsur penting dalam tradisi moci masyarakat Tegal. Di Tegal atau tepat Kabupaten Tegal terdapat beberapa produsen atau penghasil teh, yang terkenal akan rasanya yang khas dan enak.
Daerah Tegal memiliki empat pabrik penghasil teh wangi melati yang dikenal sebagai yang terbesar di Indonesia. Yakni pabrik teh Gunung Slamet dengan produksinya antara lain Teh Sosro dan Teh Poci (1940), produsen Teh 2 Tang (1942), produsen Teh Tongtji (1938), dan produsen Teh Gopek (1942).
Begitu terkenalnya tradisi moci masyarakat Tegal, menjadikan beberapa merk teh yang telah disebutkan sebelumnya semakin banyak diminati oleh orang dari luar Tegal. Teh ini juga kerap menjadi buah tangan bagi yang singgah ke Tegal.
2. Pabrik Gula
Pabrik gula atau produsen gula di Kabupaten Tegal diketahui adalah pabrik tertua yang ada di Indonesia pada saat itu, sebelum pada akhirnya ditutup pada tahun 2019. Namun meski Pabrik Gula di Pangkah kini sudah tidak buka lagi, tempat itu tetap memiliki histori ketika berkunjung.
Pertama kalinya pabrik tersebut didirikan pada tahun 1832 pada era pemerintahan Belanda di Indonesia. Tepatnya dioperasikan oleh PT Perkebunan Nusantara IX. PG Pangkah.
BACA JUGA: Berbagi Cinta Lewat Tradisi Moci Khas Tegal, Simbol Keakraban Antara Nyong dan Koen