RADAR TEGAL- Semakin mengguritanya industri batik cetak saat ini di berbagai daerah ternyata berimbas pada keberadaan batik tulis. Fenomena ini membuat batik tulis tergeser oleh cetak.
Hal itu membuat nilai dan filosofi batik menjadi semakin memudar. Karenanya, untuk mempertahankan kearifan lokal ini, Bupati Tegal Umi Azizah mengajak masyarakat agar membudayakan kembali mengenakan batik tulis dan cap.
"Jadi, tidak ada proses membatik dalam batik cetak. Kalau membatik ya berati ditulis," kata Bupati Umi, saat membuka acara Fasilitas Bantuan Bahan Baku Batik, di Rumah Dinas Bupati Tegal, Selasa 21 November 2023.
Umi menyadari bahwa harga batik tulis tergolong mahal dan produktivitasnya kalah jauh dibandingkan dengan yang cetak. Maka, ini merupakan tantangan bagi pelaku IKM batik tulis.
BACA JUGA:Gairahkan Industri Batik Tegal di Tengah Serbuan Tekstil Impor, Disperintransnaker Kucurkan Bantuan
"Soal persaingan di industri batik, saya titip pesan agar sesama pelaku IKM bisa saling menghargai karya pelaku IKM lainnya," ucapnya.
Menurutnya, batik tulis dan cap ini merupakan karya seni kriya yang datang dari inspirasi isi kepala sang pembatik yang dituangkan melalui gerak tangannya ke sehelai kain. Lalu diproses panjang oleh tenaga buruh di pewarnaan.
Untuk mempertahankan warisan leluhur budaya bangsa, maka Pemkab Tegal akan terus mendukung perkembangan industri batik Tegal, khususnya batik tulis.
Dia berujar, pemahaman publik terhadap batik memang perlu diperkuat. Utamanya para generasi muda.
BACA JUGA:Batik Ecoprint Kabupaten Tegal Jadi Karya Siswa SMPN 1 Kramat Tegal, Komisi IV: Luar Biasa!
Mereka harus paham bahwa batik cetak bukanlah batik. Batik yang benar adalah batik tulis ataupun cap dengan lilin atau malam.
"Penguatan pemahaman publik tentang batik ini sangatlah penting. Sebab industri batik memiliki peran besar bagi perekonomian nasional maupun daerah," ucapnya.
Bupati Umi mengaku tidak ingin terjadi perang dagang di antara sesama pelaku usaha industri. Terlebih jika saling sikut, saling menjatuhkan harga ataupun meniru motifnya untuk kemudian diproduksi dan dijual murah.
"Termasuk yang menyerahkan proses produksinya ke Pekalongan. Kita harus bisa menekan biaya karena mungkin di sana lebih murah bahan kainnya, obat batiknya ataupun ongkos buruhnya," imbuhnya. (*)