Jembatan penghubung Jawa-Bali sulit terealisasi
Ada tiga alasan yang berkembang di lingkungan masyarakat Pulau Dewata, terkait pembangunan jembatan penghubung Jawa-Bali akan sulit terealisasi. Masing-masing yakni faktor agama dan budaya, geografis, dan ketentuan Pemerintah Bali.
BACA JUGA:Keangkeran Fenomena Downwelling di Laut Utara Bali, Hampir 7 Bulan 2 Kapal Karam 61 Korban Meninggal
Masyarakat Bali memang terkenal sangat teguh memegang erat pesan dari leluhurnya hingga saat ini. Masyarakat di Pulau Dewata mempercayai jika Pulau Jawa dan Bali memang sejatinya ditakdirkan untuk terpisah.
Jika Jawa dan Bali terhubung, maka budaya Bali akan rusak. Keyakinan tersebut merupakan sebuah legenda yang sudah diyakini oleh masyarakat Bali yang masih memegang teguh kebudayaan lokal setempat.
Selain perihal keyakinan, masalah kriminalitas juga dikhawatirkan akan meningkat, apabila ada jembatan penghubung Jawa-Bali tersebut. Masyarakat Bali khawatir terhadap meningkatnya kepadatan penduduk.
Pulau Dewata memang terkenal memiliki keindahan alam yang masih terjaga. Sehingga apabila Pulau Bali dan Jawa terhubung, masyarakat Bali khawatir mobilisasi perpindahan penduduk akan membuat keindahan alamnya akan ikut terdampak dengan meningkatnya jumlah penduduk.
BACA JUGA:Selain Walisongo Rupanya ada Walipitu Tokoh Penyebar Agama Islam di Pulau Bali
Alasan-alasan itulah yang menjadi dasar kuat Jawa dan Bali sulit terwujud dengan jembatan seperti Pulau Jawa dan Madura. Masyarakat Bali ingin terus menjaga tanah dan budaya leluhurnya, supaya bisa terus lestari.
Karena itu hingga kini, wisatawan yang ingin berkunjung ke Pulau Dewata hanya bisa mengakses menggunakan pesawat ataupun memanfaatkan layanan penyeberangan dengan kapal ferry. Demikian informasi tentang tidak adanya jembatan penghubung Jawa-Bali. (*)