Prasasti-prasasti Jawa Kuno, misalnya Prasasti Cane (1021 M) menyebut ratusan pegawai istana yang digaji tetap, dengan sebutan Mangilala Drawya Haji.
Di kelompok pegawai istana ini, ada sejumlah abdi penyandang cacat, seperti pujut (cacat fisik), bhondan (berkulit hitam), pandak (cebol), wwal atau wyal (orang berpunuk), dan wungkuh (orang bongkok).
Ada juga kdi, yakni transpuan alias wadam atau banci, yang menurut masyarakat Jawa Kuno adalah wikara atau cacat bawaan sejak lahir.
BACA JUGA:3 Fakta Dunia Magis Nusantara, Ternyata Ada Sejarahnya di Jawa, Lho!
Keberadaan mereka di dekat raja diduga masih terkait dengan kepercayaan Austronesia, yang asli Nusantara, di mana mereka dianggap mempunyai kekuatan magis.
Contohnya, menurut sejarawan M.C. Ricklefs, transpuan atau wadam dipercaya mampu menghubungkan alam nyata dengan dunia roh. Di beberapa Nusantara, tradisi ini masih lestari, misalnya para biksu yang eksis hingga sekarang di Sulawesi.
Bisa jadi, raja-raja Jawa Kuno pun merasa perlu dikelilingi orang-orang spesial ini demi menyerap daya magis mereka. Bahkan, abdi dalem dengan fisik yang berbeda ini sampai dijadikan anugerah raja.
Misalnya, dalam Prasasti Karangrejo (1134 M), brahmana ri duwěgaja mendapat anugerah raja, yakni diperbolehkan memiliki perhiasan, kain halus, serta abdi-abdi penyanang cacat. Di relief Candi Penataran, ternyata ada orang-orang cebol atau bungkuk.
Menurut epigraf Boechari, situasinya mirip dengan abdi dalem Palawija di Keraton Yogyakarta, yang terdiri dari orang-orang berkelainan fisik. Jadi, sosok-sosok bulat dalam relief candi adalah manusia biasa, pengiring keluarga raja.
Itulah kenapa mereka disebut Punakawan, yang dalam bahasa Jawa Kuno, berarti 'pengiring'. Selain itu, kebetulan salah satu nama dari mereka adalah Semar.
Demikian, informasi mengenai tokoh Semar di Jawa yang menyimpan rahasia kekuatan para raja Jawa. Semoga bermanfaat bagi Anda yang ingin tahu tentang mitos dan kisah mistis di Indonesia, tepatnya di tanah Jawa.***