RADAR TEGAL - Mengenal sejarah Brug Abang yang menjadi tempat saksi bisu peristiwa kelam 3 daerah.
Saat Anda berkunjung ke Kecamatan Talang, Anda akan menjumpai sebuah Bendungan yang dinakaman Bendungan Pesayangan. Bendungan ini merupakan bendungan tua yang masih berfungsi dengan baik hingga saat ini.
Bendungan ini dibangun pada rentang tahun 1918 hingga 1921 dan memiliki peran penting dalam membendung sungai Gung yaang bersumber dari Gunung Slamet.
Sebelum melintasi bendungan tua tersebut, Anda akan melintasi sebuah brug yang terkenal dengan nama Brug Abang. Brug Abang sendiri merupakan lokasi yang cukup terkenal lantaran menjadi saksi bisu sebuah peristiwa kelam.
Nah pada penjelasan artikel ini, akan diulas sejarah kelam yang pernah terjadi di lokasi Brug Abang tepatnya pada era setelah Indonesia merdeka. Berikut penjelasan lengkapnya bisa Anda simak dibawah ini.
Sejarah Brug Abang Tegal
Brug abang atau Jembatan abang yang membelah sungai Gung dan berletak di Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal merupakan sebuah tempat yang menjadi saksi bisu peristiwa 3 daerah atau bisa disebut dengan peristiwa pemberontakan Kutil.
BACA JUGA:Mengenal Sosok Amangkurat 1, Raja Mataram Islam Dengan Sejarah Pembantaian 6.000 Ulama dan Santri
Pada Bulan November 1945 3 bulan setelah Indonesia merdeka, Kutil atau bernama asli Sakhyani yang berprofesi sebagai tukang cukur, mempelopori gerakan pemberontakan yang kecewa kepada pangreh desa yang dianggap sebagai antek penjajah karena mempercayai mereka untuk menjabat setelah kemerdekaan RI.
Sasaran pertama dari gerakan yang dipimpin oleh Sakhyani adalah para pencuri, dimana orang yang diduga sebagai pencuri akan langsung dihabisi kelompok kutil di Brug Abang.
Sedangkan sasaran kedua dari gerakan kutil adalah orang yang menjabat sebagai pemerintah daerah pada masa itu seperti lurah atau camat. Dikisahkan gerakan ini sampai mengincar keluarga Raden Ajeng Kardinah yang merupakan adik kandung Raden Ajeng kartini, yang pada saat itu gerakan kutil mengincar suami RA Kardinag yang kala itu menjai Bupati Tegal.
Namun karena suami dari RA Kardinah yang tidak berada di rumah, akhirnya kelompok itu mengincar RA Kardinah. Padahal RA Kardinah sendiri pada masa itu sangat berjasa kepada masyarakat Tegal, karena telah membuat balai kesehatan yang sekarang bernama Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah. Untungnya peristiwa itu tak sampai merenggut nyawa adik dari RA Kartini. Setelah Selamat RA Kardinah mengungsi ke daerah Salatiga dan menetap disana sampai akhir hayatnya.
Kemudian untuk sasaran ketiga dari gerakan ini adalag orang-orang Belanda non militer yang masih menetap dan tinggal di Tegal.
Menurut saksi mata peristiwa ini Bapak Soeparno Suwarno, mengatakan dirinya menyaksikan peristiwa berdarah itu bersama kakaknya. Katanya sebelum peristiwa itu terjadi ada pengumuman yang diumumkan jam 12 siang, kemudian pada jam 1 siang mulailah penjemputan paksa orang-orang Belanda di rumah mereka masing-masing, yang kemudian mereka digiring ke lokasi Brug Abang.
Pada jam 2 siang, peristiwa berdarah sudah mulai dilaksanakan, kelompok kutil mengeksekusi orang-orang Belanda satu demi satu. Semua golongan dari tua sampai muda bahkan anak-anak tidak luput dari eksekusi yang dilakukan kelompok kutil.