Ibadah qurban dilakukan oleh kaum muslimin di setiap bulan Dzulhijjah. Selain Salat Ied dan penyembelihan hewan kurban di bulan ini adalah amalan ibadah yang sangat agung yaitu, pelaksanaan ibadah haji di Mekkah Al Mukarromah.
Dengan berbagai macam ibadah yang masing-masing memiliki makna yang sangat berarti bagi kaum muslimin yang mampu melaksanakan, penulis mencoba mengulas satu persatu dari berbagai ibadah agung di bulan Dzulhijjah ini.
Kata “qurban” sendiri bagi masyarakat sudah tidak asing lagi di telinga kita sebagai kaum muslim. Sebagian besar umat Islam di dunia telah melaksanakan ibadah ini.
Umat Islam yang dikatakan mampu dalam hal materi dianjurkan untuk melakukan ibadah qurban sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikanNya kepada kita.
Qurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kita kepada Allah berupa hewan sembelihan.
Dikutip dari buku Fikih karya Markaban (2020:75), mayoritas ulama berpendapat bahwa perintah qurban dimulai sejak masa Nabi Adam AS.
Sebuah persembahan kepada Allah yang Maha Satu sudah dikenal dan diyakini manusia sejak lama. Dalam kisah Habil dan Qabil yang diambil Al Quran disebutkan oleh Qurtubi meriwayatkan bahwa saudara kembar perempuan Qabil yang lahirnya bersamanya bernama Iqlima sangat cantik, sedangkan saudara kembar perempuan Habil bernama Layudza tidak begitu cantik.
Dalam ajaran Nabi Adam dianjurkan mengawinkan saudara kandung perempuan dengan saudara laki – laki yang lain ibu. Maka timbul rasa dengki di antara Qabil dan Habil, sehingga ia menolak untuk menikah dan berharap dapat menikahi saudara kembarnya.
Lalu mereka sepakat mempersembahkan qurban kepada Allah, siapa yang diterima qurbannya itulah yang akan diambil pendapatnya dan dialah yang benar di sisi Allah.
Qabil mempersembahkan seikat buah-buahan dan Habil mempersembahkan seekor domba, lalu Allah menerima qurban Habil.
Sementara itu, sejarah perintah penyembelihan hewan ternak untuk ibadah qurban berakar pada peristiwa di masa Nabi Ibrahim AS.
Suatu kali, Nabi Ibrahim bermimpi menyembelih putranya, yaitu Ismail AS. Meski demikian, Nabi Ibrahim tidak langsung percaya dengan mimpi itu karena khawatir datangnya dari bisikan setan.
Nabi Ibrahim AS baru percaya jika mimpinya ialah wahyu ketika terjadi untuk yang ketiga kalinya. Nabi Ibrahim akhirnya mengatakan kepada Ismail AS perihal perintah Allah SWT tersebut.
Sang anak, yakni Ismail, justru menyanggupi perintah Allah SWT tersebut. Maka, tepat pada tangal 10 Zulhijah sewaktu Nabi Ismail berusia 7 tahun (ada yang berpendapat 13 tahun), Nabi Ibrahim menjalankan perintah itu.
Lantas, berkat rahmat dan kasih sayang Allah SWT, Ismail tidak jadi dikurbankan. Saat Ibrahim hendak menyembelih putranya, Allah SWT lalu mengganti Ismail dengan seekor domba.