JAKARTA - Dugaan peretasan handphone (HP) atau telepon seluler (ponsel) anggota keluarga Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J masih berlangsung hingga hari in. Sejumlah aplikasi seperti WhatsApp (WA) belum bisa digunakan.
Tidak hanya itu, untuk mengakses media sosial (medsos) lainnya seperti Facebook juga tidak bisa. Keluarga meyakini upaya peretasan memiliki tujuan tertentu yang condong menyulitkan keluarga untuk berkomunikasi dan menyampaikan informasi ke medsos.
“HP sekeluarga tidak bisa digunakan, pakai WhatsApp tidak bisa, lalu ada pemberitahuan bahwa nomor HP Anda harus diverifikasi ulang,” kata ayah Brigadir J Samuel Hutabarat saat live di TvOne, Selasa (19/7).
Sedangkan terkait otopsi ulang yang ditolak Polri, Samuel mengungkapkan, seluruhnya diserahkan ke pengacaranya. “Kami keluarga serahkan semua ke pengacara kami.”
Samuel juga kembali menceritakan sejumlah hal yang cukup mengejutkan usai jenazah anaknya dipulangkan ke Jambi. Salah satunya, dia diminta menandatangi surat terkait penyerahan jenazah yang disodorkan Kombes Leonardo Simatupang.
“Saya tanya apa isi peti ini, saya tak mungkin tanda tangan kalau tidak tahu. Ketika saya akan buka tidak boleh, dia (Kombes Leonaro Simatupang) bilang, jenazah sudah divisium, sudah formalin, masa bapak tidak percaya, kan mereka sudah disumpah. Saya saat itu langsung jawab, bukan saya tidak ngak percaya, banyak dokter di sumpah tapi juga berbuat yang tidak baik,” ungkapnya.
Samuel juga menyoroti tudingan perbuatan tidak senonoh atau pelecehan terhadap Putri Chandrawati, Istri Irjen Pol Ferdy Sambo. “Di rumah jenderal, saya rasa kesempatan tidak akan ada, pengamanan sangat tinggi, ini anak yang paling tekun, tidak mungkin senonoh dengan ibu Ferdy Sambo yang sangat dihormati,” tururnya.
Brigadir J sempat menyampaikan kepadanya jika selama ini bekerja dengan baik bahkan pihak keluarga Irjen Ferdy Sambo sangat perhatian. “Anehnya anak kami meninggal seperti. Awalnya jika ini peristiwa tembak menembak karena tugas itu sudah risiko, sebagai ajudan sebagai benteng,” terangnya.
Samuel juga mengaku awalnya tidak percaya dengan peristiwa ini. “Waktu kami dapat kabar itu (meninggalnya Brigadir J) saat di Padang Sidempuan, campur adik, pokoknya campur aduk, lalu baru sampai di Sungai Bagar, Jambi, baru percaya,” ungkapnya.
Pihak keluarga sampai di Sungai Bagar pukul 23.00 malam. Jenazah sudah ada dalam rumah. Samuel mengaku sempat melihat kondisi jenazah Brigadir J.
“Saya lihat luka di wajah, tambah sedih. Kabarnya anak kita ini tembak-tembakan. Tapi kok ada luka-luka, di hidung, kelopak mata luka, itu yang pertama saya lihat, saya histeris,” jujurnya.
Samuel pun meminta kepada aparat yang ada di rumahnya untuk membuka kancing baju jenazah Brigadir J. “Saya mohon saya buka kancing 2 biji, ada satu lobang (di dada). Saya lihat tidak wajar kalau melihat wajah, tembak menembak begitu,” pungkasnya. (*)